Sejak jauh hari lalu, kalangan pengusaha dan DPR-RI meminta agar perdagangan bebas dengan India tidak ditandangani dalam waktu dekat. Namun Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun usai rapat dengan Komisi VI DPR-RI, komisi yang membidangi masalah perdagangan, mengatakan pada hari Senin di Jakarta, awal Juni mendatang akan dilakukan penandatanganan perdagangan bebas ASEAN dengan India. Menurutnya, Indonesia tidak akan bisa menghindar dari keharusan untuk menjalankan kesepakatan tersebut.
“Sebab kalau tidak, kita akan terisolasi sendiri. Dan, kalau kita terisolasi, maka jangan bermimpi kita memperoleh devisa, karena kita tidak mampu memanfaatkan pasar luar negeri,” ujar Alex.
Pemerintah selalu mengingatkan agar industri Indonesia tidak takut dengan industri negara lain, sehingga perdagangan bebas tidak dianggap hal yang mengerikan. Sebelumnya, Deputi Menko Perekonomian Eddy Putra berpendapat, pemerintah juga berharap agar pengusaha mampu meningkatkan produk yang dihasilkan agar diterima di tingkat dunia.
“Kalau saya lihat dari fenomena, pengusaha kita masuknya ke sektor yang mau aman, kebun, pertanian, toko. Tidak ada pengusaha kita itu seperti orang lain melakukan (sektor) technology based, knowledge based.”
Tidak seluruh pejabat menerima dengan mudah implementasi perdagangan bebas. Menteri Perindustrian yang juga pengusaha, M.S Hidayat menegaskan ia dapat memahamai keluhan pengusaha. Tingkat suku bunga di dalam negeri menurut Menteri Hidayat, merupakan hal yang terus dipertanyakan karena ketidakmampuan pemerintah dan Bank Indonesia untuk meminta bank-bank swasta menurunkan suku bunga agar mempermudah operasional pengusaha. Suku bunga saat ini rata-rata dikisaran 11 hingga 13 persen meskipun BI terus menekan tingkat suku bunga acuan BI yang saat ini di posisi 6,5 persen.
“Sebetulnya dengan 6,5 persen suku bunga pinjaman mestinya sudah bisa menurunkan,” ujar Hidayat.
India termasuk negara yang diperhitungkan pengusaha dalam negeri karena produk berteknologi tinggi hingga tekstil mereka, dikhawatirkan akan menembus pasar Indonesia dan akan menganggu produk lokal. Namun diperkirakan pula, perdagangan bebas dengan India akan lebih banyak menarik investasi dibanding dengan Tiongkok yang lebih menyukai berdagang secara langsung.
Menurut data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), hingga 2009, realisasi investasi asal India di Indonesia bernilai sekitar 4,5 milyar dolar Amerika. Investasi tersebut adalah untuk sektor produksi tekstil, elektronik dan baja.