JAKARTA —
Inflasi Indonesia melambat menjadi 5,57 persen secara tahunan pada bulan April 2013. Menurut data resmi yang diluncurkan Rabu (1/5), hal ini disebabkan oleh turunnya harga pangan pasca kebijakan pemerintah yang melonggarkan beberapa batasan impor.
Tingkat inflasi ini melambat dari 5,90 persen pada Maret, namun masih di atas batas atas target Bank Indonesia pada 3,5 persen-5,5 persen.
Secara khusus, “jatuh drastisnya harga bawang putih” membantu mendorong inflasi menjadi lebih rendah bulan lalu, menurut kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin.
Kementerian Perdagangan minggu lalu melonggarkan batasan-batasan untuk beberapa impor produk pertanian, termasuk bawang putih, setelah Amerika Serikat mengeluhkan peraturan pemerintah Indonesia sebagai “tidak jelas dan kompleks” pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Pembatasan tersebut disalahkan sebagai faktor terbesar dalam kenaikan inflasi pada beberapa bulan terakhir.
Namun Juniman, kepala ekonom Bank Internasional Indonesia, mengingatkan bahwa akhir musim panen dan rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak dapat mendorong inflasi naik kembali.
Kenaikan harga-harga bahan bakar akan menaikkan tidak saja harga minyak, namun juga harga-harga barang kebutuhan pokok karena peningkatan biaya transportasi.
Indonesia juga mencacat surplus perdagangan pertama dalam enam bulan pada Maret karena menurunnya impor, menurut BPS.
Surplus sebesar US$300 juta tersebut merupakan yang pertama sejak September 2012. Sejak itu Indonesia mencatat defisit karena ekspor jatuh menyusul perlambatan ekonomi global, bersamaan dengan kenaikan impor.
Nilai ekspor pada Maret turun 13,03 persen dari setahun lalu sementara impor turun 9,97 persen.
BPS juga telah merevisi angka perdagangan Februari untuk menunjukkan defisit US$290 juta dari $330 juta sebelumnya. Nilai ekspor direvisi menjadi $15,02 miliar dari $14,99 miliar, sementara impor berubah menjadi $15,31 miliar dari $15,32 miliar. (AFP/Reuters)
Tingkat inflasi ini melambat dari 5,90 persen pada Maret, namun masih di atas batas atas target Bank Indonesia pada 3,5 persen-5,5 persen.
Secara khusus, “jatuh drastisnya harga bawang putih” membantu mendorong inflasi menjadi lebih rendah bulan lalu, menurut kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin.
Kementerian Perdagangan minggu lalu melonggarkan batasan-batasan untuk beberapa impor produk pertanian, termasuk bawang putih, setelah Amerika Serikat mengeluhkan peraturan pemerintah Indonesia sebagai “tidak jelas dan kompleks” pada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Pembatasan tersebut disalahkan sebagai faktor terbesar dalam kenaikan inflasi pada beberapa bulan terakhir.
Namun Juniman, kepala ekonom Bank Internasional Indonesia, mengingatkan bahwa akhir musim panen dan rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak dapat mendorong inflasi naik kembali.
Kenaikan harga-harga bahan bakar akan menaikkan tidak saja harga minyak, namun juga harga-harga barang kebutuhan pokok karena peningkatan biaya transportasi.
Indonesia juga mencacat surplus perdagangan pertama dalam enam bulan pada Maret karena menurunnya impor, menurut BPS.
Surplus sebesar US$300 juta tersebut merupakan yang pertama sejak September 2012. Sejak itu Indonesia mencatat defisit karena ekspor jatuh menyusul perlambatan ekonomi global, bersamaan dengan kenaikan impor.
Nilai ekspor pada Maret turun 13,03 persen dari setahun lalu sementara impor turun 9,97 persen.
BPS juga telah merevisi angka perdagangan Februari untuk menunjukkan defisit US$290 juta dari $330 juta sebelumnya. Nilai ekspor direvisi menjadi $15,02 miliar dari $14,99 miliar, sementara impor berubah menjadi $15,31 miliar dari $15,32 miliar. (AFP/Reuters)