JAKARTA —
Menyusul kontroversi penyadapan yang diduga dilakukan oleh pemerintah Australia dan Singapura, pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat mengajak para anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) lainnya untuk bersatu menolak aksi penyadapan.
Hal tersebut ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi keterangan pers bersama Perdana Menteri Malaysia Najib Razak usai Pertemuan Konsultasi Tahunan ke-10 Indonesia-Malaysia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/12).
“Tentang penyadapan atau pengintipan, spying, kami sepakat untuk mengajak negara ASEAN untuk bersatu dalam menolak spying ini. Saya kira mutual trust, mutual respect itu sangat penting dalam hubungan internasional,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, lanjut Presiden, akan mengangkat isu anti-penyadapan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2014 mendatang.
Perdana Menteri Najib memastikan inisiatif Indonesia atas usul anti penyadapan dalam lingkungan negara-negara ASEAN akan didukung penuh oleh Malaysia.
“Saya juga setuju supaya aspek yang seperti disebutkan oleh bapak Presiden tadi soal pengintipan atau spying ini kita berikan perhatian dalam sidang ASEAN yang akan datang. Dan bila bapak Presiden mengusulkan, Malaysia akan berikan sokongan yang kuat pada atas usul tersebut,” ujarnya.
Indonesia telah mengajukan protes keras kepada Australia menyusul aksi penyadapan yang dilakukan terhadap Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa pejabat negara lainnya. Tak sekadar mengajukan protes, tetapi Indonesia juga memanggil pulang duta besarnya di Canberra.
Sementara itu, Malaysia memanggil perwakilan negara tetangganya Singapura, di Kuala Lumpur, sebagai reaksi atas laporan yang menyebutkan Singapura telah membantu aktivitas penyadapan intelijen Amerika Serikat dan Australia terhadap Malaysia.
Terorisme
Dalam pertemuan itu, Indonesia dan Malaysia juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan dan upaya pencegahan kejahatan transnasional seperti terorisme. Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia dan Malaysia mempunyai pandangan yang sama terkait terorisme dan konsep radikalisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
“Kita menolak terorisme, ekstremisme dan radikalisme yang tidak membawa keteduhan bagi kehidupan masyarakat. Kerja sama untuk itu tentu baik karena itulah nilai-nilai agama dan nilai – nilai budaya yang harus kita junjung tinggi baik di Indonesia, Malaysia dan tingkat dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Najib mengatakan kawasan Asia Tenggara harus dijadikan kawasan yang bebas dari terorisme. Indonesia dan Malaysia, menurutnya, bisa dijadikan contoh dalam mengaplikasikan nilai-nilai Islam di Asia Tenggara.
“Nilai ajaran inti dari Islam adalah kesederhanaan dan prograesif. Dan antara Malaysia dan Indonesia ini dapat dicontohkan terbaik bagaimana kita ini menghayati dan mengaplikasikan Islam dalam konteks Asia Tenggara ini,” ujarnya.
Hal tersebut ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi keterangan pers bersama Perdana Menteri Malaysia Najib Razak usai Pertemuan Konsultasi Tahunan ke-10 Indonesia-Malaysia di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/12).
“Tentang penyadapan atau pengintipan, spying, kami sepakat untuk mengajak negara ASEAN untuk bersatu dalam menolak spying ini. Saya kira mutual trust, mutual respect itu sangat penting dalam hubungan internasional,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, lanjut Presiden, akan mengangkat isu anti-penyadapan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2014 mendatang.
Perdana Menteri Najib memastikan inisiatif Indonesia atas usul anti penyadapan dalam lingkungan negara-negara ASEAN akan didukung penuh oleh Malaysia.
“Saya juga setuju supaya aspek yang seperti disebutkan oleh bapak Presiden tadi soal pengintipan atau spying ini kita berikan perhatian dalam sidang ASEAN yang akan datang. Dan bila bapak Presiden mengusulkan, Malaysia akan berikan sokongan yang kuat pada atas usul tersebut,” ujarnya.
Indonesia telah mengajukan protes keras kepada Australia menyusul aksi penyadapan yang dilakukan terhadap Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa pejabat negara lainnya. Tak sekadar mengajukan protes, tetapi Indonesia juga memanggil pulang duta besarnya di Canberra.
Sementara itu, Malaysia memanggil perwakilan negara tetangganya Singapura, di Kuala Lumpur, sebagai reaksi atas laporan yang menyebutkan Singapura telah membantu aktivitas penyadapan intelijen Amerika Serikat dan Australia terhadap Malaysia.
Terorisme
Dalam pertemuan itu, Indonesia dan Malaysia juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan dan upaya pencegahan kejahatan transnasional seperti terorisme. Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia dan Malaysia mempunyai pandangan yang sama terkait terorisme dan konsep radikalisme yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.
“Kita menolak terorisme, ekstremisme dan radikalisme yang tidak membawa keteduhan bagi kehidupan masyarakat. Kerja sama untuk itu tentu baik karena itulah nilai-nilai agama dan nilai – nilai budaya yang harus kita junjung tinggi baik di Indonesia, Malaysia dan tingkat dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Najib mengatakan kawasan Asia Tenggara harus dijadikan kawasan yang bebas dari terorisme. Indonesia dan Malaysia, menurutnya, bisa dijadikan contoh dalam mengaplikasikan nilai-nilai Islam di Asia Tenggara.
“Nilai ajaran inti dari Islam adalah kesederhanaan dan prograesif. Dan antara Malaysia dan Indonesia ini dapat dicontohkan terbaik bagaimana kita ini menghayati dan mengaplikasikan Islam dalam konteks Asia Tenggara ini,” ujarnya.