Pembicaraan tentang eksit ini akan dimulai akhir tahun ini. Inggris sedang mencari mitra dagang baru di seluruh dunia, tetapi pemerintah akan sulit menyeimbangkan tuntutan pemilih untuk mengurangi imigrasi dan menciptakan kesepakatan perdagangan bebas yang baru.
Visi pemerintah adalah Inggris yang lebih global, berdagang secara bebas dengan negara-negara berekonomi pesat seperti India dan China. Menteri Luar Negeri Boris Johnson mengunjungi beberapa kota di India pekan lalu, tertarik untuk membangun jembatan dengan mereka sebelum Inggris keluar dari Uni Eropa.
"Kami akan keluar dari Uni Eropa, dan mungkin bisa memulihkan kendali di perbatasan kami. Tetapi India, sahabat saya, saya katakan kepada kalian, itu bukan berarti kami ingin menutup jembatan," ujar Johnson.
Menurut kritikus, Inggris hanya basa-basi, meskipun negara itu meminta India membuka pembicaraan perdagangan.
Pendidikan adalah produk utama Inggris. Tetapi jumlah mahasiswa India di Inggris terus merosot, berkurang separuh hanya dalam lima tahun. India menyalahkan sistem pengetatan visa oleh Inggris.
Praktik Dattani pada Federasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) India mengatakan, "Tidak semua satu arah, bahwa Inggris bisa menjual di dunia internasional tetapi tidak mengizinkan apapun masuk. Harus ada kebijakan terbuka dalam hal mengizinkan imigrasi."
Namun, hal itu mungkin tidak akan diterima oleh warga Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa dengan harapan bisa mengurangi imigrasi.
Inggris mengharapkan fleksibilitas. Pada Forum Ekonomi Dunia pekan lalu di Davos, Swiss, menteri-menteri India menyuarakan kesediaan untuk membahas hal itu guna mencapai kesepakatan.
Menteri Perdagangan India Nirmala Sitharaman mengatakan, "Kami tentu ingin terlibat dengan mereka dan bicara mengenai perjanjian perdagangan bebas."
Tetapi tidak akan ada pembicaraan resmi sampai setelah Inggris keluar dari Uni Eropa.
Inggris akan beralih ke negara-negara persemakmuran untuk kesepakatan perdagangan baru ketika keluar dari Uni Eropa.
Pertemuan kepala pemerintahan Persemakmuran dijadwalkan berlangsung akhir tahun ini di London.
Pratik Dattani pada Federasi Kadin India mengatakan, "Itu kesempatan bagi pemerintah Inggris untuk menunjukkan kepada semua negara persemakmuran, dengan India merupakan bagian yang sangat besar, bahwa Inggris terbuka untuk bisnis."
Meskipun berambisi besar, analis mengatakan, tidak akan mudah bagi Inggris untuk secara cepat meraih kesepakatan perdagangan setelah keluar dari Uni Eropa. Ada kekhawatiran di London bahwa bisnis bisa terseret ke jurang kehancuran begitu Inggris meninggalkan blok tersebut. [ka/jm]