Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah mengonfirmasi bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperluas larangan merokok ke area luar ruangan dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Akan tetapi, industri jasa pelayanan, seperti restoran dan pub, menilai langkah itu akan membuat semakin banyak bisnis terpaksa tutup.
Hampir dua dekade sudah merokok di dalam ruangan menjadi tindakan ilegal di Inggris. Kini, pemerintah Inggris ingin memperluas larangan itu, bukan hanya di area dalam ruangan pub dan restoran, tapi juga di area luar ruangannya.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan pada 29 Agustus lalu bahwa pemerintahnya sedang mempertimbangkan secara serius langkah itu.
“Saya ingin mengawali ini dengan mengingatkan semua bahwa lebih dari 80.000 orang kehilangan nyawa mereka setiap tahunnya karena merokok. Itu adalah kematian yang bisa dicegah. Itu adalah beban yang besar bagi Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Dan tentu saja, beban bagi para wajib pajak. Jadi, ya, kami akan membuat keputusan mengenai hal ini. Rincian lebih lengkapnya akan disampaikan nanti.
Sementara, Action on Smoking and Health (ASH), sebuah kelompok lobi antitembakau di Inggris, mengatakan bahwa dalam 12 bulan pertama setelah larangan merokok di dalam ruangan diberlakukan, jumlah pasien rawat inap akibat serangan jantung berkurang 1.200, sehingga menghemat pengeluaran NHS hingga 8,4 juta poundsterling (sekitar Rp171,2 miliar).
Kelompok itu juga mengklaim bahwa dalam tiga tahun, diperkirakan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit akibat asma berkurang 7.000.
Deborah Arnott, kepala eksekutif kelompok tersebut, mengatakan ada alasan kuat untuk memperluas larangan merokok.
“Merokok masih menjadi penyebab utama kematian dini dan menjadi penyebab dari separuh perbedaan harapan hidup sehat antara si kaya dan si miskin di masyarakat. Kerugian ekonomi di Inggris saja mencapai lebih dari 21 miliar [poundsterling]. Semakin banyak yang bisa kita lakukan untuk mengakhiri kebiasaan merokok, semakin baik pula kesehatan dan kesejahteraan semua orang,” ujarnya.
Akan tetapi, bagi industri jasa pelayanan, perluasan larangan merokok akan membawa bencana bagi bisnis mereka.
Michael Kill, kepala eksekutif Night Time Industries Association, mengatakan, “Ini sedikit mengejutkan sistem. Saya rasa semua orang sudah sadar, terutama pengelola pub, bar dan restoran, dengan berita bahwa larangan akan diperluas atau berpotensi diperluas. Dan mengingat keadaan keuangan saat ini, ada kekhawatiran besar bahwa peluang [berbisnis] taman bir (beer garden) atau teras-teras yang sudah dipercantik semenjak pandemi akan berada di bawah kendali legislatif yang baru.”
Selain itu, pub di seantero Inggris telah berinvestasi pada area luar ruangan untuk mengakomodasi pengunjung, baik yang merokok maupun yang tidak.
Salah satu pemilik pub, Geoff Troughton, menuturkan, “Kami (pemilik pub) menghabiskan banyak waktu, usaha dan uang menyiapkan area luar ruangan (outdoor), area berpeneduh, area berpenghangat. Satu hal yang pasti, yaitu ketika dan jika aturan ini berlaku, semakin banyak pub akan tutup.”
Masyarakat Inggris punya tanggapan yang beragam terkait rencana tersebut.
“Saya menyambut baik hal itu, karena dampak [buruk] merokok pasif,” kata seorang warga.
“Sedikit disayangkan, tapi jika itu aturannya, saya rasa Anda harus mematuhinya,” ujar warga lainnya.
Warga lainnya berkomentar, “Kita harus menoleransi beberapa hal sampai batas tertentu. Selain itu, saya rasa kita hidup di dunia yang bebas, dan saya rasa orang-orang seharusnya diizinkan merokok di luar ruangan.”
Meskipun larangan itu belum pasti, tampaknya pemerintah Inggris ingin masyarakat meninggalkan kebiasaan merokok di tempat terbuka. [rd/lt]
Forum