Pemerintah berencana untuk mengizinkan impor ternak hidup dari Meksiko, Brazil dan Spanyol untuk menstabilkan harga daging sapi domestik, menurut Menteri Perdagangan Enggar Lukita, Jumat (11/11). Hal ini berpotensi menghantam ekspor Australia yang saat ini merupakan pemasok ternak terbesar untuk Indonesia.
Presiden Joko Widodo telah membatasi atau menunda impor-impor daging dan tenak sapi serta komoditas pangan lainnya sejak menjabat bulan Oktober 2014 dalam rangka mencapai swasembada pangan.
Namun kebijakan-kebijakan tersebut seringkali mengakibatkan kekurangan ketersediaan, ketidakstabilan harga-harga dan kekhawatiran investor, dan pemerintah telah mulai mencari daging dan ternak dari sumber-sumber berbeda, termasuk daging kerbau dari India untuk menstabilkan harga-harga yang melonjak.
"Harga-harga Anda terus naik dan tidak turun, itu lah mengapa kami membuka keran impor dari sumber-sumber lain," ujar Enggar kepada wartawan, mengacu kepada diskusi baru-baru ini dengan mitranya dari Australia, Steven Ciobo.
"Brazil letaknya sangat jauh tapi (produknya) lebih murah daripada Australia," tambahnya.
Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan Australia tidak segera memberikan komentarnya ketika dimintai keterangan.
Hampir seluruh ternak Indonesia dikirim dari Australia dengan nilai perdagangan mencapai hampir US$600 juta tahun lalu, sebuah industri yang diandalkan oleh wilayah utara Australia.
Banyak daerah peternakan di Australia hampir bangkrut ketika ada penangguhan sementara impor ternak dari Indonesia tahun 2011.
Presiden Joko Widodo membatalkan kunjungan ke Australia minggu lalu, yang tadinya diharapkan negara tetangga itu akan menjadi kesempatan untuk meminta akses yang lebih besar bagi impor ternak hidup dan produk-produk pertanian lainnya.
Australia dan Indonesia menyambung kembali pembahasan yang lama tertunda bulan Maret menyusul perseteruan diplomatik yang panjang, dengan harapan untuk mengamankan kesepakatan perdagangan yang diperkirakan akan dicapai akhir 2017. [hd]