Ada indikasi baru bahwa penguasa Islamis Iran telah mengekang kekuatan polisi moral mereka yang memicu protes nasional pada September. Tetapi, menurut peneliti, pengekangan tidak universal dan hanya mencerminkan pergeseran taktik pemerintah untuk menindas pembangkang.
“Di kota-kota yang lebih besar seperti Teheran, kami mendapat laporan bahwa kehadiran polisi moral tampak berkurang,” kata Mahmood Amiry-Moghaddam, direktur organisasi Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo, dalam wawancara terbaru untuk podcast VOA, Flashpoint Iran.
Dalam email yang dikirim ke VOA, Jumat, Roya Boroumand, salah seorang pendiri organisasi hak asasi yang berbasis di Washington, Abdorrahman Boroumand Center, mengatakan dia menerima bukti anekdotal bahwa polisi moral tidak diturunkan di sebagian lingkungan kaya di ibu kota Iran.
Situs berita Ham-Mihan, yang disetujui reformis Iran, memuat gambaran serupa dalam artikel 5 Desember. Dilaporkan bahwa mobil polisi bergaris putih dan hijau tidak terlihat di jalan-jalan Teheran sejak 16 September.
Itu tanggal ketika Mahsa Amini, 22, perempuan Kurdi Iran, meninggal dalam tahanan polisi moral, tiga hari setelah mereka menangkap dan menurut aktivis, mereka memukulinya karena diduga tidak mengenakan hijab sesuai aturan Islam yang ketat. Berita kematiannya memicu protes nasional yang berkelanjutan, dan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi pemerintahan Islamis Iran sejak Revolusi Islam 1979.
Artikel Ham-Mihan menyebutkan bahwa pintu masuk gedung polisi moral Teheran di Jalan Vozara juga ditutup sepenuhnya atau sebagian sejak 16 September.
Sejak revolusi 1979, ulama Syiah yang berkuasa di Iran, telah mewajibkan semua perempuan dan anak perempuan usia di atas sembilan tahun untuk menutupi rambut mereka di depan umum. Mereka membentuk polisi moral untuk menegakkan aturan tersebut pada pertengahan tahun 2000-an. [ka/es]
Terkait
Paling Populer
1
Forum