Iran, Rabu (17/6) menolak apa yang disebutnya sebagai tuduhan "jahat" oleh media AS yang mengaitkan Iran dalam rencana pembunuhan mantan presiden AS Donald Trump.
CNN pada hari Selasa melaporkan bahwa pihak berwenang AS menerima informasi intelijen dari "sumber manusia" beberapa minggu yang lalu mengenai dugaan rencana Iran terhadap mantan presiden itu, yang mendorong agar perlindungannya ditingkatkan. Media-media AS lainnya juga melaporkan dugaan plot tersebut.
CNN mengatakan bahwa dugaan plot tersebut tidak terkait dengan penembakan pada hari Sabtu di sebuah rapat umum kampanye Trump di Pennsylvania, di mana mantan presiden tersebut terluka dan seorang pendukungnya terbunuh.
Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan bahwa mereka telah "melacak ancaman Iran terhadap mantan pejabat pemerintahan Trump selama bertahun-tahun" setelah Teheran mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan komandan Garda Revolusi Qasem Soleimani pada tahun 2020 dalam serangan pesawat tak berawak AS di negara tetangganya, Irak.
Misi Iran untuk PBB menyebut tuduhan itu "tidak berdasar dan jahat".
Juru bicara kementerian luar negeri Nasser Kanani mengatakan bahwa Iran "menolak keras keterlibatannya dalam serangan bersenjata baru-baru ini terhadap Trump".
Namun, ia menambahkan bahwa Iran tetap "bertekad untuk menuntut Trump atas peran langsungnya dalam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani".
Soleimani mengepalai divisi operasi luar negeri Garda Revolusi Iran, yang mengawasi operasi-operasi militer Iran di seluruh Timur Tengah.
Trump memerintahkan pembunuhan Soleimani dalam sebuah serangan pesawat tak berawak di luar bandara Baghdad. [my/jm]