Militan Hizbullah di Lebanon dan pasukan Israel, pada Minggu (22/9), saling meluncurkan ratusan serangan rudal, di tengah konflik antara keduanya yang berlangsung di sepanjang perbatasan antara kedua negara berisiko meningkat menjadi perang yang lebih besar.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad akan melakukan “apa pun yang diperlukan” guna memulihkan keamanan di bagian utara negara itu setelah Hizbullah membalas serangan Israel yang menewaskan para pemimpin militer Hizbullah di Beirut pada hari Jumat (20/9). Para militan menyalahkan Israel atas peledakan jarak jauh pada pager dan walkie-talkie di dalam wilayah Lebanon, yang menewaskan sedikitnya 32 orang dan melukai ribuan lainnya.
Netanyahu mengatakan bahwa Israel dalam beberapa hari terakhir telah “memberi Hizbullah serangkaian pukulan yang tidak pernah mereka bayangkan,” dan menyebutnya sebagai sebuah “pesan.”
Dia berbicara setelah Hizbullah meluncurkan puluhan rudal ke arah pangkalan udara Ramat David di Israel utara, dekat Haifa, pada hari Minggu (22/9) dini hari. Kelompok militan tersebut mengatakan bahwa peluncuran tersebut merupakan tanggapan terhadap serangan Israel dalam sepekan terakhir.
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan Hizbullah telah memulai fase baru dalam perjuangannya melawan Israel, yang ia gambarkan sebagai “pertempuran terbuka.”
Dia berbicara pada pemakaman seorang komandan tinggi yang terbunuh dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada hari Jumat. Juru bicara keamanan nasional AS John Kirby dalam acara “This Week” di ABC News mengatakan bahwa Israel dan Hizbullah harus menahan diri agar konflik tidak meningkat menjadi perang yang lebih besar.”
“Kita yakin ada cara yang lebih baik ... daripada membuka front kedua” di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon di luar pertempuran Israel dengan militan Hamas di Gaza yang sudah berlangsung selama hampir setahun.
“Tidak ada yang menyangsikan betapa sulitnya hal ini,” ujar Kirby, tetapi pihak-pihak yang bertikai harus mundur dari pertempuran yang terus berlanjut agar tidak menjadi perang habis-habisan.
“Kami mengawasi dengan penuh keprihatinan,” ujarnya. “Kita fokus untuk memastikan hal ini tidak meluas.”
Ketika perang Israel-Hizbullah meningkat, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi menunjuk pada konflik yang sedang berlangsung di Suriah dan Yaman, dan mencatat bahwa wilayah tersebut sudah sangat rapuh. “Perluasan konflik mungkin memiliki konsekuensi yang tak terhitung,” kata Filippo Grandi kepada VOA mengenai eskalasi di Lebanon minggu ini.
Ia mengatakan PBB, khususnya badan-badan kemanusiaannya, telah membuat rencana darurat untuk beberapa waktu jika perang meluas, namun tidak ada yang bisa mengharapkan para aktivis kemanusiaan “mengatasi semua masalah yang tak terhitung jumlahnya, tantangan yang tak terhitung jumlahnya, yang akan muncul dari perang regional yang lebih besar lagi.”
Sementara itu, Kirby menolak saran dalam laporan berita AS baru-baru ini bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak mungkin terjadi sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan jabatannya pada 20 Januari tahun depan.
“Itu bukan posisi presiden,” kata Kirby dalam acara ‘Fox News Sunday.’ “Masih ada kemungkinan” gencatan senjata, katanya, seraya mengakui kepada ABC, ”Kita tidak mencapai keberhasilan apapun dalam dua minggu terakhir ini.”
Pemboman roket ke Israel utara pada Sabtu (21/9) malam hingga hari Minggu memicu sirene serangan udara, membuat ribuan orang berhamburan ke tempat penampungan. Militer Israel mengatakan bahwa roket-roket telah ditembakkan “ke arah wilayah sipil,” yang menunjukkan kemungkinan eskalasi setelah serangan-serangan sebelumnya yang sebagian besar ditujukan ke sasaran-sasaran militer.
Satu roket menghantam dekat sebuah bangunan tempat tinggal di Kiryat Bialik, sebuah komunitas di dekat Haifa, melukai sedikitnya tiga orang dan menyebabkan bangunan dan mobil terbakar. Layanan penyelamatan MagenDavid Adom Israel mengatakan bahwa total empat orang terluka akibat pecahan peluru dalam rentetan serangan tersebut.
Seorang warga, Avi Vazana, berlari menuju tempat perlindungan bersama istri dan bayinya yang berusia sembilan bulan sebelum ia mendengar dentuman roket yang menghantam Kiryat Bialik.
Kemudian dia kembali ke luar untuk melihat apakah ada yang terluka.
“Saya berlari tanpa sepatu, tanpa baju, hanya dengan celana. Saya berlari ke rumah ini ketika semuanya masih terbakar untuk mencari apakah ada orang lain,” katanya.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa satu orang tewas dan satu lainnya terluka dalam serangan Israel di dekat perbatasan.
Gempuran itu terjadi setelah serangan udara Israel di Beirut pada hari Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk salah satu pemimpin utama Hizbullah, Ibrahim Aqil, serta perempuan dan anak-anak.
Meskipun menyerukan para pihak untuk menahan diri agar konflik Hizbullah-Israel tidak berkembang, Kirby kepada jaringan televisi Fox mengatakan, “Dunia akan lebih baik tanpa Aqil berkeliaran.” Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah melancarkan gelombang serangan di Lebanon selatan selama sehari terakhir, menghantam sekitar 400 lokasi militan, termasuk peluncur roket.
Letnan Kolonel Nadav Shoshani, juru bicara militer Israel, mengatakan serangan itu telah menggagalkan serangan yang lebih besar.
“Ratusan ribu warga sipil telah diserang di banyak wilayah Israel utara. Mereka menjalani malam dan sekarang pagi di tempat perlindungan bom,” katanya. “Hari ini kami melihat api yang lebih dalam ke Israel daripada sebelumnya.”
Israel dan Hizbullah saling serang sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober lalu, ketika kelompok militan itu mulai menembakkan roket sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dan sekutunya yang didukung Iran, Hamas. Pertempuran tingkat rendah itu telah menewaskan puluhan orang di Israel, ratusan orang di Lebanon, dan membuat puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.
Hingga baru-baru ini, kedua pihak diyakini tidak menginginkan perang habis-habisan, dan Hizbullah sejauh ini tidak menargetkan Tel Aviv atau infrastruktur sipil utama. Namun dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah mengalihkan fokusnya dari Gaza ke Lebanon dan berjanji untuk mengembalikan ketenangan di perbatasan sehingga warganya dapat kembali ke rumah mereka.
Hizbullah mengatakan bahwa mereka hanya akan menghentikan serangannya jika ada gencatan senjata di Gaza, yang tampaknya semakin sulit dicapai. Perang di Gaza dimulai dengan serangan mengejutkan Hamas pada bulan Oktober ke Israel, di mana militan Palestina menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.
Mereka masih menahan sekitar 100 tawanan, sepertiga di antaranya diyakini telah tewas. Lebih dari 41.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sementara militer Israel mengatakan jumlah korban tewas mencakup ribuan pejuang Hamas. [my/ka]
Koresponden VOA untuk PBB Margaret Besheer berkontribusi pada laporan ini; sejumlah materi lainnya berasal dari The Associated Press.
Forum