Pemilih di Amerika mulai memiliki pandangan yang berbeda satu tahun sebelum pemilu presiden berikutnya, dan Gedung Putih tahu persis akan hal ini.
Jajak pendapat terbaru New York Times/Siena College memproyeksikan mantan Presiden Donald Trump akan mengungguli Presiden Joe Biden di lima dari enam “swing states.”
“Swing states” adalah negara bagian-negara bagian di mana perolehan suara dua partai politik – Republik dan Demokrat – hanya selisih tipis dan dinilai penting dalam menentukan hasil pilpres secara keseluruhan. Penyelenggara jajak pendapat ini tidak saja melihat isu-isu seperti aborsi, upaya melestarikan demokrasi, isu ekonomi, keamanan nasional dan imigrasi, tetapi juga bagaimana para pemilih menilai cara Biden menangani konflik Israel-Hamas yang sudah berlangsung selama satu bulan.
Pada Sabtu (4/11) puluhan ribu demonstran menyampaikan perasaan mereka terkait konflik Israel-Hamas dengan berkumpul di gerbang Gedung Putih. Mereka menunjukkan kekecewaan terhadap dukungan Biden pada Israel.
Sementara itu Biden justru berkeliling Amerika untuk menyampaikan bagaimana pemerintahnya telah memperbaiki kehidupan mereka. Berbicara di negara bagian Delaware di mana ia tinggal, Senin lalu (6/11), Biden menggembar-gemborkan pembangunan bernilai $16 miliar di pantai timur Amerika.
“Dua puluh lima proyek berbeda, semua dibangun di Koridor Timur Laut dari Boston ke Washington, yang merupakan bagian dari agenda saya untuk menanamkan investasi di Amerika. Saya sudah memperjuangkan hal ini sejak lama," ujar Biden.
Cara Biden ini sangat berbeda dengan pendekatan Trump. Berbicara setibanya di gedung pengadilan federal di New York pada Senin lalu, Trump mengklaim 91 tuduhan di empat wilayah hukum berbeda itu semuanya bermotif politik. Trump sendiri hadir untuk memberi kesaksian dalam kasus penipuan perdata, terkait sejumlah tuduhan bahwa ia telah menggelembungkan nilai bersih kekayaannya,
“Hasil jajak pendapat mereka buruk. Lihat saja hasil jajak pendapat hari ini di New York Times dan CBS. Saya unggul di semua jajak pendapat itu. Tetapi situasi saat ini sangat tidak adil. Ini benar-benar intervensi terhadap pemilu. Ini konyol," kata Trump.
Penyelenggara jajak pendapat itu mengatakan tajamnya perpecahan di Amerika dalam berbagai isu tidak mengejutkan lagi. Namun ada sebagian yang mempertanyakan jajak pendapat tersebut.
Warga Amerika pekan ini juga sedang memberikan suara untuk memilih calon anggota DPR di tingkat lokal dan negara bagian, dan beberapa inisiatif lain.
“Saya kira siapa pun yang mengamati dengan seksama politik Amerika dalam beberapa tahun terakhir ini akan menilai pilpres tahun depan akan berlangsung sangat sengit. Beberapa jajak pendapat telah dengan konsisten menunjukkan bahwa memang pilpres nanti akan berlangsung sangat sengit," papar pakar jajak pendapat dari Partai Demokrat yang juga memimpin kelompok “Democratic Majority for Israel,” Mark Mellman.
"Saya kira hasil jajak pendapat kali ini agak tidak biasa karena menunjukkan lebih banyak dukungan bagi Trump di beberapa negara bagian utama dibandingkan dengan yang biasanya tampak dalam jajak pendapat sebelumnya," imbuhnya.
Mellman, yang memimpin kelompok “Democratic Majority for Israel,” mengatakan jajak pendapat terbaru ini menunjukkan konsensus pemilih yang sangat jarang dalam konflik Israel-Hamas, di mana kedua kandidat sama-sama mengatakan mendukung kuat Israel.
Banyak analis menilai prediksi seperti ini tidak berguna.
“Orang-orang dari tim kampanye Biden yang saya ajak bicara (tentang jajak-jajak pendapat yang ada) mengatakan, pertama – masih terlalu dini untuk memproyeksi hasil pilpres. Kedua, mereka menilai ketika bicara tentang pemilu yang terkait dengan pilihan antara Biden dan Trump, mereka akan lebih memilih Biden karena orang-orang enggan kembali ke masa kekacauan pada masa pemerintahan Trump dulu," ujar pakar manajemen politik di George Washington University, Todd Belt.
Namun, apakah Biden khawatir jika Trump mengalahkannya? Dalam pernyataan yang dikirim ke VOA, tim kampanye Biden mengatakan mereka “tidak khawatir dengan hasil jajak pendapat.” [em/ka]
Forum