Presiden Donald Trump Kamis malam (3/8) mengatakan laporan-laporan tentang hubungan tim kampanyenya dengan Russia adalah “sepenuhnya dibuat-buat” karena lawan-lawan politiknya kalah dalam pemilihan presiden tahun lalu.
Komentar Trump ini disampaikannya dalam rapat umum di Huntington, negara bagian West Virginia, menyusul laporan surat kabar Wall Street Journal bahwa Jaksa Khusus Robert Mueller telah membentuk sebuah grand jury atau juri agung untuk menyelidiki keterlibatan Russia dalam pemilu presiden itu.
“Mereka sedang berusaha untuk mendiskreditkan pemimpin yang kalian pilih dengan cerita dongeng,” kata Trump yang disambut dengan tepukan meriah di Huntington. “Semua ini sangat merendahkan kita,” tambahnya lagi.
Para analis dan komentator menekankan keseriusan fakta bahwa jaksa khusus Mueller telah membentuk grand jury itu. Professor Anthony Clark Arend dari Universitas Georgetown mengatakan, “kalau Mueller telah membentuk juri agung, itu berarti dia punya cukup bukti yang mengarah pada konfirmasi bahwa sudah terjadi kejahatan.”
Menurut American Bar Association, atau perkumpulan pengacara Amerika, juri agung biasanya terdiri dari antara enam sampai 23 orang, yang akan menentukan apakah ada cukup bukti untuk mendakwa atau menuntut seseorang melakukan kejahatan.
Sidang-sidang juri agung dilakukan secara tertutup dan rahasia. Publik, wartawan dan bahkan orang yang sedang diselidiki tidak punya hak untuk hadir dalam sidang-sidang itu, supaya para saksi bisa berbicara dengan bebas tanpa khawatir akan adanya pembalasan, menurut American Bar Association.
Presiden Trump mengatakan tentang penyelidikan yang sedang diadakan oleh jaksa khusus Mueller itu: “Saya hanya berharap hasil akhirnya merupakan suatu keputusan yang sungguh-sungguh jujur.”
Tapi Trump segera menambahkan bahwa apa yang harus diselidiki oleh para jaksa adalah “33.000 email Hillary Clinton yang sudah dihapus.”
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa juri agung itu sudah mengeluarkan surat-surat panggilan sehubungan dengan pertemuan antara pengacara Russia dan putra presiden, Donald Trump Junior, yang juga dihadiri oleh beberapa pejabat kampanye senior Trump. Sebagian analis mengatakan pertemuan itu mengisyaratkan adanya kolusi antara Russia dengan tim kampanye Trump. (ii)