Pandemi virus corona memaksa pemerintah Arab Saudi hanya membuka kesempatan sangat terbatas bagi Muslim yang bermukim di sana untuk beribadah haji. Setelah membuka pendaftaran secara daring, kementerian haji memilih orang yang diizinkan, atau tidak diizinkan, beribadah haji tahun ini.
Permintaan Farah Abu Shanab asal Palestina, yang bermukim di Riyadh, tidak dikabulkan. Dia mengaku kecewa tidak bisa beribadah haji tahun ini tetapi menyatakan bisa menerima keputusan tersebut.
"Rasanya sangat sedih dan menyakitkan. Satu-satunya hal yang membuat saya menerima (keputusan) ini adalah, terima kasih Tuhan, pemerintah tetap mengadakan ibadah haji, walaupun secara ketat membatasi jumlah jemaah. Setidaknya orang akan melakukan ritual ini, karena kami sangat sedih ketika masjid ditutup," ujarnya.
Nasser Younes Solebarmo adalah ekspatriat Nigeria yang juga bermukim di Riyadh. Ia mendaftar dan terpilih. "Jujur saja, bagi saya, virus corona membawa keberuntungan. Tanpa virus corona, mungkin saya tidak pergi haji. Insya Allah, pandemi ini akan segera berakhir."
Berbagai media melaporkan, jumlah jemaah yang pada akhirnya diizinkan beribadah haji tahun ini naik 10 kali lipat, dari 1.000 menjadi 10 ribu.
Sejak Jumat, jemaah berdatangan dari berbagai kota Arab Saudi. Seorang dari mereka adalah perempuan Indonesia.
Afnan Firdaus mengungkapkan, istrinya menangis terharu dan sangat senang mendapat kesempatan berhaji kali ini. Ia tidak mau menyebut nama istrinya yang mematuhi larangan pemerintah Arab Saudi untuk tidak berbicara dengan media.
Afnan membeberkan, ketika pemerintah Saudi memberi tahu bahwa kuota haji diutamakan bagi tenaga medis, yang dinilai telah berjuang keras beberapa bulan ini untuk menangani Covid-19, istrinya yang bekerja sebagai perawat, ikut mendaftar. Tetapi, kata Afnan, setelah terpilih, istrinya siap mundur karena mendapat informasi bahwa setiap jemaah harus membayar sampai 13 ribu riyal atau lebih dari 50 juta rupiah. Rupanya itu ujian bagi kesungguhan.
“Ternyata hajian kali ini, gratis. Tidak dipungut biaya apapun. Istri saya merasa lebih terharu. Ini dianggap sebagai panggilan Allah,” tulis Afnan melalui WhatsApp.
Konjen Republik Indonesia di Jeddah, Eko Hartono mengatakan ada dua orang Indonesia yang terpilih beribadah haji. Tetapi keduanya sama-sama tidak mau berbicara dengan media, sesuai larangan pemerintah Arab Saudi.
Selain rutin menyanitasi Masjidilharam, pemerintah Arab Saudi melakukan langkah-langkah keamanan, bahkan sebelum jemaah dipilih. Usia, misalnya, antara 20 dan 50 tahun, tidak boleh mengidap penyakit, dan belum pernah berhaji.
Menteri Kesehatan Arab Saudi Tawfiq Al Rabiah mengatakan, bukan hanya jemaah, semua pekerja dan petugas keamanan pun harus dipastikan tidak mengidap virus corona. Jemaah dites virus corona sebelum tiba di Makkah dan diminta swakarantina setelah berhaji.
Selain itu, "Akan ada tim medis yang menemani jemaah dalam setiap tahap. Juga akan ada ambulans dan petugas ambulans."
Langkah lain, masker dikenakan setiap saat dan jemaah dilarang menyentuh atau mencium Ka'bah. Air zam-zam, yang biasanya bebas diminum kapan saja, kali ini hanya tersedia dalam kemasan. Kerikil untuk melempar jumrah pun tidak perlu dicari karena sudah disiapkan dalam kantung dan disteril. [ka/jm]