Jika pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan itu menghadirkan sekitar 2,5 juta orang, pada tahun ini, menurut Kementerian Haji Arab Saudi, hanya akan diikuti 1.000 hingga 10.000 orang.
Para peserta terbatas hanya untuk mereka yang sudah berada di negara kerajaan itu. Dua pertiga adalah orang asing yang tinggal di Arab Saudi, dan sepertiga lainnya adalah warga negara itu.
Fatin Daud, seorang warga Malaysia yang sedang menempuh pendidikan di Arab Saudi, adalah salah satu dari mereka yang terpilih untuk menjalankan ibadah haji tahun ini. Menurut mahasiswa berusia 25 tahun itu, setelah terpilih, sejumlah pejabat Kementerian Kesehatan datang ke rumahnya untuk menjalankan tes Covid-19 terhadapnya. Ia kemudian diberi gelang elektronik yang memonitor pergerakannya dan diminta menjalankan karantina mandiri di rumahnya selama beberapa hari.
Setelah itu, Daud dipindahkan ke sebuah hotel di Mekkah, di mana ia kembali diminta melakukan karantina mandiri, dan masih mengenakan gelang elektronik. Sebuah boks besar berisi makanan dikirim ke kamar hotelnya tiga kali sehari sementara ia bersiap menjalankan ibadah haji. Ia sebetulnya dikelompokkan dengan sejumlah warga Malaysia dan Singapura lain, namun mereka hanya diperkenankan berkomunikasi secara online.
Pemerintah Saudi menanggung semua pengeluaran haji tahun ini. Mereka menyediakan makanan, akomodasi hotel, transportasi dan layanan kesehatan bagi semua peserta. Padahal biasanya, setiap pesertanya mengeluarkan ribuan dolar untuk bisa mengikuti kegiatan ini, dan pemerintah Saudi sendiri mengeruk pendapatan miliaran dolar setiap tahunnya.
Arab Saudi tidak pernah membatalkan kegiatan ibadah haji selama hampir 90 tahun negara itu berdiri. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Saudi, tidak ada peserta yang sengaja datang langsung dari luar negeri untuk bisa mengikuti ibadah ini. Sebagai perbandingan, pada tahun-tahun sebelumnya, sekitar 2 juta Muslim dari lebih 160 negara, umumnya dari Asia dan Afrika, dapat mengikuti ibadah ini.
Pelaksanaan ibadah haji tahun ini juga mengharuskan peserta berusia antara 20 dan 50 tahun, serta bertubuh sehat. Mereka diharuskan mengenakan masker selama menunaikan ibadah, dan menggunakan sajadah masing-masing untuk salat. Jika sebelumnya dianjurkan untuk merapat pada saat salat berjemaah, kini para peserta diharuskan berjauhan satu sama lain.
Pada tahun ini, para peserta hanya diizinkan meminum air dari sumur Zamzam yang telah dikemas dalam botol-botol plastik. Untuk kegiatan melempar jumrah, mereka juga hanya diperkenankan menggunakan kerikil atau batu kecil yang telah disterilisasi dan dikemas dalam kantung-kantung khusus. [ab/uh]