Minggu ini komandan tertinggi militer AS bertemu dengan para pemimpin pemberontak Taliban Afghanistan dan pemerintah Afghanistan untuk mendesak pengurangan kekerasan di negara Asia Selatan yang dilanda perang itu.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, berkunjung ke Qatar pada Selasa (15/12) untuk pembicaraan dengan para pemimpin Taliban yang berkantor di Doha, ibukota Qatar. Milley terbang ke Kabul pada Rabu (16/12) dan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
"Bagian terpenting dari diskusi saya dengan Taliban dan pemerintah Afghanistan adalah perlunya pengurangan tindak kekerasan," kata Milley kepada wartawan yang bepergian bersamanya. “Yang lainnya bergantung pada itu.”
Jenderal AS itu menolak untuk membahas rincian kedua pembicaraan tersebut. Interaksi Milley dengan sejumlah pemimpin pemberontak dilaporkan berlangsung lebih dari dua jam. Ini kedua kalinya ia bertemu dengan Taliban. Pertemuan perdana pada bulan Juni dengan kelompok Afganistan tersebut dirahasiakan dari media yang merupakan kali pertama ketua Kepala Staf Gabungan AS itu bertemu dengan Taliban.
Taliban yang mempertahankan kantor politik di Doha, belum memberikan komentar terkait pertemuan tersebut.
Pengumuman Pentagon pada Kamis (17/12) menyatakan pembicaraan antara Milley dan Ghani berfokus pada kondisi keamanan di Afghanistan. Namun tidak disebutkan perihal pertemuan hari Selasa dengan Taliban di Doha.
Pernyataan presiden Afghanistan menyebutkan bahwa Milley menegaskan kembali dukungan AS bagi pasukan pertahanan dan keamanan nasional negara itu. Jenderal AS itu juga mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan di Afghanistan sambil menekankan perlunya pengurangan kekerasan secara "signifikan,” menurut pernyataan tersebut.
Kunjungan jenderal tertinggi AS ke Doha dan Kabul berlangsung ketika pemerintahan Trump mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan dari sekitar 4.500 menjadi 2.500 pada pertengahan Januari mendatang. Itu sejalan dengan kesepakatan penarikan pasukan yang ditandatangani Washington dengan Taliban pada Februari 2020. Akan tetapi kekerasan di Afghanistan terus berlangsung sehingga menimbulkan tantangan serius bagi sejumlah pembicaraan damai yang baru terbentuk antara Taliban dan perwakilan pemerintah Afghanistan. [mg/ka]