Panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo hari Selasa (1/9) memutuskan untuk mencabut logo untuk kompetisi olahraga tahun 2020 tersebut menyusul dugaan bahwa desainernya mungkin telah melakukan plagiarisme.
Menarik dukungan mereka sebelumnya terhadap desainer Kenjiro Sano melawan dugaan penjiplakan, panitia mengatakan keputusan itu diambil setelah ada tuduhan-tuduhan baru selama akhir pekan.
"Kami telah mencapai kesimpulan bahwa sudah sepantasnya kami cabut logo tersebut dan membuat yang baru," ujar Toshio Muto, direktur jenderal komite penyelenggara Olimpiade Tokyo. "Pada titik ini, kami memutuskan bahwa logo tersebut tidak akan mendapatkan dukungan publik."
Logo itu telah menghadapi pertanyaan sejak seorang desainer Belgia mengambil langkah hukum dengan mengatakan logo itu mirip dengan salah satu karyanya untuk sebuah teater di Belgia.
Para penyelenggara telah membela Sano dalam sebuah konferensi pers Jumat lalu ketika mereka meluncurkan desain aslinya, yang telah diubah ke dalam bentuk akhir untuk menekankan keasliannya. Namun, bentuk itu malah memicu dugaan baru atas desain "T" awalnya.
Sano, 43, bersikukuh bahwa karyanya asli namun menawarkan penarikan logo itu dalam diskusi dengan komite penyelenggara Selasa.
"Saya bersumpah desain saya bukan merupakan jiplakan atau plagiarisme," ujar Sano dalam pernyataan di lamannya, Selasa malam. "Upaya apapun dari penjiplakan atau plagiarisme tidak tidak seharusnya diperbolehkan."
Muto mengatakan komite penyelenggara akan mengadakan kompetisi baru untuk menentukan logo baru "secepat mungkin," meski ia tidak memberikan jadwalnya.
Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan kepada warwatan sebelum pengumuman bahwa komite penyelenggara membuat "keputusan pantas" dan bahwa Olimpiade harus menjadi peristiwa yang dirayakan semua orang.
Skandal logo ini merupakan hal terbaru yang memalukan bagi Jepang, yang menghapus desain awal stadion utama untuk Olimpiade menyusul kemarahan publik atas perkiraan biaya yang melonjak. Penundaan akibat revisi desain membuat stadion baru tidak akan siap untuk Piala Dunia Ruby tahun 2019, dan penyelenggara serta kontraktor akan kesulitan memenuhi tenggat baru pada Januari 2020 yang ditentukan Komite Olimpiade Internasional.