Sepanjang Jumat (10/9) Presiden Joko Widodo berkunjung ke Yogyakarta untuk hadir di tengah kegiatan vaksinasi dan mengadakan pertemuan dengan pimpinan daerah. Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Yogyakarta, Presiden menyaksikan vaksinasi bagi lebih 375 siswa sekolah itu. Menurut Jokowi, vaksinasi bagi pelajar ini merupakan bagian upaya perluasan vaksinasi untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 terutama varian Delta.
Selain itu, Presiden Jokowi juga memberikan pesan penting di tengah pernyataannya.
“Karena kita tahu bahwa COVID-19 ini tidak mungkin akan hilang. Oleh sebab itu kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan juga mulai belajar hidup bersama dengan COVID,” kata Jokowi.
Meski vaksinasi terus digeber sesuai target, Jokowi tetap mengingatkan masyarakat agar tidak euforia berlebihan. Masyarakat juga tidak boleh abai dari protokol kesehatan.
"Ini penting saya sampaikan agar kita tidak euforia yang berlebihan, senang-senang yang berlebihan. Karena kita semuanya, masyarakat harus sadar bahwa COVID selalu mengintip kita, sehingga protokol kesehatan harus terus dilakukan terutama memakai masker,” tambahnya.
Dalam peninjauan vaksinasi bagi 8.000 peserta di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta sebelumnya, Presiden juga mengatakan bahwa vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindungi diri, selain melaksanakan protokol kesehatan secara ketat.
Dalam kesempatan ini, warga dari berbagai kelompok, seperti disabilitas, lansia, dan pekerja informal menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
"Kita harapkan dengan vaksinasi ini bisa memberikan perlindungan, bisa memberikan proteksi yang maksimal kepada masyarakat sehingga kita semuanya bisa beraktivitas seperti biasa," ujar Presiden.
Jokowi juga menyebut, percepatan dan perluasan vaksinasi penting dilakukan sehingga target penerima vaksinasi lebih 70 persen pada akhir tahun 2021 dapat tercapai.
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa dalam masa transisi ini, masyarakat dapat mulai beraktivitas dengan menyesuaikan level PPKM di daerah masing-masing.
“Masyarakat juga harus menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin dan juga segera divaksinasi bagi yang belum. Testing, Tracing, Treatment, termasuk isolasi terpusat, harus digalakkan agar identifikasi potensi kasus baru dapat segera dimitigasi,” kata Budi Gunadi di Jakarta, Jumat, (10/9).
Seperti juga Jokowi, Budi Gunadi juga mengatakan hidup bersama COVID-19 merupakan kenyataan yang harus dihadapi bersama. Pilihan itu, lanjutnya, diambil setelah mendengar masukan dari para epidemiolog, yang mengingatkan bahwa COVID tidak akan hilang dalam waktu dekat.
“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden untuk bersiap hidup bersama COVID, menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin dan vaksinasi merupakan kunci dalam mengendalikan COVID ini,” ucap Menkes.
Daerah Diminta Hati-Hati
Usai bertemu Jokowi di kantornya, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan Presiden berpesan ke pemerintah daerah untuk mempercepat vaksinasi. Daerah juga diminta berhati hati dalam pembukaan aktivitas masyarakat. Semua harus dilakukan secara bertahap.
“Jangan terus akhirnya dibuka, nanti naik lagi kasusnya. Jadi (pesan Presiden) hati-hati saja, karena kasus sudah cukup melandai, sehingga nanti membukanya pentahapannya harus hati-hati. Vaksin harus dilakukan sebanyak mungkin, biarpun baru dosis pertama,” kata Sultan.
Terkait target yang disampaikan presiden, menurut Sultan relatif cukup sulit. Jika harus mengejar Oktober untuk selesai vaksin, menurut hitungan setidaknya dibutuhan 20 ribu suntikan per hari.
“Kita, rata-rata masih 11 koma sekian ribu sehari. Jadi Oktober itu harapan saya 80 persen sudah tercapai, sekarang kan baru 66 koma sekian persen,” lanjut Sultan.
Presiden, kata Sultan, juga meminta daerah mampu menyelesaikan seluruh dosis pertama suntikan vaksin pada Oktober tahun ini.
Terkait pernyataan soal persiapan dari pandemi menuju endemi, menurut Sultan, Presiden menguraikan fakta kasus COVID-19 yang terus naik-turun. Hingga saat ini, meski sudah hampir dua tahun, belum ada satu negara pun yang mampu menghentikan penyebaran COVID-19.
Indonesia Belum Siap
Dihubungi terpisah, epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada Bayu Satria Wiratama. mengakui tahap peralihan dari pandemi ke endemi memang kini sering diperbincangkan. Status COVID-19 ke depan tentu kemungkinan akan turun ke level endemi, namun persiapannya perlu dilakukan dan tidak hanya sekedar merubah istilah saja.
“Indonesia masih belum siap ke arah sana, karena 3T masih rendah, rentang parameter 3T di berbagai daerah masih timpang. Belum lagi vaksinasi yang sama timpangnya antar daerah, ada yang tinggi dan ada yang masih rendah sekali. Padahal dua itu kunci utama kalau mau turun ke endemi,” ujar Bayu kepada VOA.
Ketika ditanyakan terkait siap atau tidaknya Indonesia saat ini untuk beralih, Bayu menegaskan dari sistem yang ada jelas belum siap. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan 5M.
“Dan ajak orang orang terdekat untuk segera vaksin jika sudah waktunya untuk vaksin,” tambahnya.
Ketika diminta memperkirakan kapan Indonesia akan siap menuju endemi, Bayu menyebut seharusnya akhir 2021 atau awal 2022 bisa ke arah itu. Syaratnya, vaksinasi dijalankan lebih cepat. [ns/ab]