Presiden Joko Widodo mengaku senang karena program kartu prakerja yang digagas tahun lalu telah berhasil meningkatkan keterampilan para pekerja di tanah air.
Hal tersebut dibuktikan dengan salah satu pengalaman peserta program pelatihan kartu prakerja yang diundang ke Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/3). Stevenly Rio dari Manado berhasil menjadi menjadi supervisor setelah semula berprofesi sebagai satpam.
"Hari ini saya sangat tertarik sekali tadi yang di Manado, Stevenley, dulu satpam. Kemudian di-PHK dan sekarang jadi supervisor," ujar Jokowi.
Rio pun berbagi pengalamannya dengan Jokowi, tentang bagaimana dia terkena PHK akibat pandemi COVID-19. Setelah mengetahui ada program kartu prakerja lelaki berusia 42 tahun ini kemudian mencoba peruntungannya dengan mendaftar pada gelombang III dan langsung diterima.
Pelatihan yang awalnya dipilih oleh Rio adalah di bidang marketing. Setelah pelatihannya selesai, Rio mencoba kembali melamar pekerjaan dengan berbekal sertifikat prakerja, dan diterima di salah satu perusahaan operator selular sebagai karyawan di bagian pemasangan poster.
“Yang lebih kaget lagi setelah saya bekerja tiga bulan, mungkin karena kinerja, saya diangkat menjadi supervisor, dan saya mengambil pelatihan lagi untuk mengasah keterampilan saya memasarkan produk lewat internet dan ada desain grafis juga yang menunjang pekerjaan saya,” ungkap Rio.
Jokowi pun mengapresiasi langkah Rio yang tidak berhenti belajar untuk bisa meningkatkan keterampilannya di berbagai bidang.
“Saya sudah sampaikan jangan berhenti untuk belajar, jangan berhenti untuk meningkatkan skill, meningkatkan keterampilan kita, karena kita kejar-kejaran dengan perubahan,” kata Jokowi.
Jutaan Orang Dapat Kartu Prakerja
Presiden Joko Widodo mengatakan setidaknya ada 55 juta orang yang mendaftar di program kartu prakerja tersebut. Namun, sayang pada tahun lalu pemerintah hanya bisa mengakomodir 5,6 juta orang saja. Untuk tahun 2021 1,8 juta orang telah diterima untuk mengikuti program ini.
“Artinya apa? Memang belum tertampung semuanya dan ada kurang lebih 1700 macam pelatihan yang disiapkan oleh 165 lembaga pelatihan. Jumlah yang banyak kemudian peserta secara bebas dipersilahkan untuk memilih mana yang dipilih sesuai dengan minat dan mungkin talenta yang dimiliki,” paparnya.
Menurutnya, ada lima macam pelatihan yang paling diminati oleh peserta program kartu prakerja ini, yakni pelatihan di bidang pemasaran online, food and beverage, information and technology (IT), perkantoran dan kewirausahaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2020, dilaporkan bahwa 88 persen keterampilan peserta telah meningkat setelah mengikuti pelatihan dalam program tersebut. Menurutnya, hal ini tentu sangat bagus mengingat kompetisi di dunia kerja sangat ketat.
“Kalau keterampilan kita, skill kita tiap hari tidak kita perbaiki, perbaiki, perbaiki, hilang kita. Loh tahu-tahu kok saya kehilangan pekerjaan? Ya karena skill-nya. Yang lain memperbaiki skill, memperbaiki keterampilan dan kita tidak. Ini perlu saya ingatkan. Zamannya, zaman yang kecepatan perubahan itu cepat banget sekarang ini dan saudara-saudara harus mengikuti itu,” tegasnya.
Ditambahkannya, program kartu prakerja ini diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat. Namun dalam kondisi pandemi seperti saat ini diutamakan bagi yang terkena PHK.
Anggaran Kartu Prakerja Rp20 triliun Hampir Terserap 100 Persen
Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan program semi bantuan sosial (bansos) tersebut serapan anggarannya pada tahun lalu telah mencapai Rp19,98 triliun atau 99,9 persen dari Rp20 triliun yang telah disediakan.
“Pesertanya termasuk perempuan, penyandang disabilitas dari daerah tertinggal dan peserta dengan pendidikan SD, SMP, Lansia, dan pekerja migran Indonesia, mayoritas tidak bekerja , berusia muda terdidik dan belum pernah mengikuti kursus,” ungkap Airlangga.
Pada tahun 2021, ujarnya sudah tiga gelombang dibuka dengan 1,8 juta orang yang diterima dalam program ini. Pemerintah pun menargetkan pada kuartal-I nanti ada 2,7 juta orang yang bisa meningkatkan keterampilannya.
“Program ini mengakselerasi inklusi keuangan sebanyak 25 persen penerima, belum pernah punya rekening atau juga belum punya e-walet dan ini tentu program pembelajaran yang dibutuhkan di era digital yaitu secara daring dan mandiri,” jelasnya. [gi/ab]