Hingga pertengahan April ini saja perusahaan-perusahaan China menanamkan investasi 110 milyar dolar, dibanding 108 milyar dolar dalam tahun 2015 lalu.
Beberapa analis mengatakan hingga akhir tahun ini perusahaan-perusahaan China kemungkinan akan menanamkan investasi dua kali lipat dibanding yang mereka lakukan pada tahun 2015. Menurut Kementerian Perdagangan, ini berarti dibanding tahun lalu, terjadi kenaikan tujuh kali lipat, dan investasi China di sektor non-keuangan naik hingga 14,7%.
Perusahaan konsultan Delogic memperkirakan jika terus mengucurkan uang ke negara-negara lain dengan laju sebesar yang dilakukannya pada kwartal pertama tahun ini, maka pada akhir tahun China mungkin akan melampaui Amerika sebagai investor asing terbesar di dunia.
“Ada dua faktor yang mendorong hal ini. Pemerintah mendorong BUMN untuk menanamkan investasi di luar negeri. Tapi perusahaan-perusahaan swasta punya alasan lain untuk menanamkan modal di luar negeri, karena mereka juga mendapat dukungan pemerintah,” ujar Zhao Longkai – asisten professor bidang keuangan di Guanghua School of Management di Universitas Peking kepada VOA.
Zhao menambahkan, “Ada begitu banyak uang tersedia di China karena biaya modal yang rendah. Mengakuisisi perusahaan-perusahaan asing juga merupakan cara yang cepat untuk meraih pasar dan teknologi baru.”
Investasi China mencakup beragam proyek termasuk beberapa proyek yang menguntungkan secara politis dan yang sensitif seperti reaktor nuklir, pelabuhan yang menghubungkan rute-rute impor barang seperti yang terdapat di Sri Lanka, dan akuisisi perusahaan benih dan pestisida Swiss “Syngenta” oleh China National Chemical Corp. sebesar 43 milyar dolar dalam bentuk tunai.
Dorongan pemerintah untuk menanamkan investasi itu didorong oleh pertimbangan kebijakan luar negeri, tambah beberapa analis.
Sebuah studi gabungan oleh Rhodium Group dan MERICS menyatakan “investasi China kini menjadi agenda utama dalam berbagai pertemuan diplomatik karena China sangat bersemangat mengimbangi meningkatnya sikap negatif karena anjloknya permintaan barang dari negara-negara luar dan meningkat pesatnya surplus perdagangan China.”
Studi itu juga menyatakan “diplomat-diplomat China juga semakin menggunakan janji investasi dan arus keuangan lainnya sebagai alat diplomatik untuk mendapatkan hasil perundingan yang menguntungkan dengan Uni Eropa dan negara-negara anggotanya”.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini Gubernur Bank Rakyat China Zhou Xiachouan mengatakan “perusahaan-perusahaan China membuat lebih banyak investasi di luar negeri dibanding sebelumnya. Ini adalah dampak wajar kebijakan China membuka investasi dan sikap para pengusaha China yang memahami lebih baik pasar internasional. Investasi di luar negeri telah berkembang lebih cepat dan ini merupakan hal yang baik,” tambah Zhou. [em/ii]