Myanmar memutus layanan internet dan mengerahkan pasukan ke seluruh negara itu, Senin (15/2), untuk menindak keras protes-protes antikudeta. Langkah itu dilakukan beberapa jam setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi di bagian utara negara itu.
Dilansir dari kantor berita AFP, junta telah meningkatkan upaya untuk mengendalikan pembangkangan sipil yang menuntut dibebaskannya pemimpin Aung San Suu Kyi yang telah digulingkan.
Pemutusan internet pada Senin (15/2) dan permintaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirim seorang pengamat terjadi setelah video-video siaran langsung tersebar di media sosial yang memperlihatkan kendaraan-kendaraan militer dan tentara menyapu beberapa bagian negara itu.
Kelompok pengawas NetBlocks mengatakan "pemutusan hubungan internet yang diperintahkan pemerintah itu" berdampak hampir di seluruh Myanmar.
Pasukan di Myitkyina menembakan gas air mata dan kemudian menembaki massa yang berkumpul di kota itu untuk mencegah kemungkinan pemadaman jaringan listrik.
Seorang jurnalis di tempat kejadian mengatakan belum jelas apakah polisi menggunakan peluru karet atau peluru tajam.
Media-media lokal mengatakan sedikitnya lima jurnalis yang memantau protes itu telah ditahan. Media-media itu juga mempublikasikan foto-foto beberapa orang yang terluka dalam insiden itu.
Sebagian besar Myanmar bergolak sejak para tentara menahan Aung San Suu Kyi dan sekutu-sekutu politiknya pada 1 Februari, mengakhiri pemerintahan sipil 1 dekade setelah kekuasaan junta selama puluhan tahun. [vm/ft]
