Kabinet perang Israel, Sabtu (24/2), setuju untuk mengirim juru runding ke Qatar guna melanjutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pemulangan sekitar 130 sandera yang ditahan di Gaza. Hal itu diungkapkan oleh para pejabat dan media lokal.
Delegasi Israel kembali pada Sabtu dari perundingan perdamaian di Paris, Prancis. Dalam perundingan yang berlangsung pada Jumat (23/2), para mediator Israel bertemu dengan mediator dari Qatar, Mesir dan Amerika Serikat (AS), yang telah membantu menyusun gencatan senjata pada November. Saat itu, sejumlah tawanan Hamas dibebaskan dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina.
Penasihat keamanan nasional Israel, Tzachi Hanegbi, mengatakan kabinet perang bertemu pada Sabtu untuk mendengarkan perkembangan terkini mengenai perundingan tersebut.
“Mungkin ada ruang untuk mencapai kesepakatan,” kata Hanegbi kepada televisi N12 News dalam sebuah wawancara, tanpa menjelaskan lebih lanjut, seperti yang dikutip oleh kantor berita AFP.
Israel menginginkan pembebasan semua sandera yang ditahan dalam serangan pada 7 Oktober, dimulai dari para perempuan. Namun Hanegbi menambahkan: "Perjanjian seperti itu tidak berarti akhir perang."
Dia juga mengindikasikan bahwa Israel tidak akan menerima kesepakatan apa pun antara Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk negara Palestina.
Laporan media mengindikasikan perwakilan Palestina yang telah melihat rencana tersebut telah menolaknya. Beberapa bagian dari rencana tersebut juga bertentangan dengan apa yang Washington bayangkan untuk kawasan ini, yaitu solusi dua negara yang melibatkan negara Palestina merdeka.
Sementara itu, ribuan orang mengikuti acara doa bersama untuk para sandera pada Sabtu (24/2) di Tel Aviv, tidak jauh dari lokasi protes anti-pemerintah di mana polisi melaporkan lima penangkapan karena perilaku tidak tertib.
Hamas sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan membebaskan 130 sandera yang tersisa jika Israel membebaskan ribuan warga Palestina yang dipenjara dan membatalkan serangan ke Gaza. Menurut para pejabat medis di daerah kantong tersebut, serangan Israel telah menewaskan hampir 30.000 orang.
Militer Israel mengatakan pada Sabtu bahwa kematian seorang mayor infanteri dalam pertempuran menambah jumlah korban militer dalam pertempuran di Gaza menjadi 239. Israel mengatakan mereka telah membunuh sekitar 12.000 kombatan Hamas, yang secara efektif mengurangi separuh garnisun faksi tersebut di Gaza.
Hamas mengatakan angka-angka tersebut berlebihan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa rapat kabinet perang pada Sabtu akan membahas “langkah selanjutnya dalam perundingan."
Netanyahu juga menegaskan kembali niatnya untuk mengirim pasukan ke Rafah di Gaza selatan, meskipun ada kekhawatiran luas tentang dampak serangan Israel terhadap ratusan ribu warga sipil Palestina yang melarikan diri ke sana untuk menghindari pengeboman.
Amerika Serikat telah mendesak sekutunya untuk tidak menyerang Rafah, dan memperingatkan bahwa serangan semacam itu akan menimbulkan banyak korban sipil.
Setidaknya enam serangan udara menargetkan kota itu pada Sabtu (24/2) malam menurut seorang reporter AFP di Rafah.
Pasukan Israel telah melancarkan lebih dari 70 serangan sejak Jumat (23/2) ke sejumlah lokasi di Gaza, termasuk Deir al-Balah, Khan Younis dan Rafah. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan pada Sabtu setidaknya 92 orang tewas dalam serangan dalam 24 jam terakhir. Sekitar 69.737 orang terluka sejak konflik dimulai pada 7 Oktober, menurut sebuah pernyataan. [ft/ah]
Beberapa informasi untuk laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.