Kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, menghadapi pertanyaan soal pernyataan-pernyataan dari staf kampanyenya mengenai ajaran agama Kristen dan perbedaan antara Katolik dan Protestan penginjil serta keberpihakan mereka secara politik dalam pemilihan presiden 2016.
WikiLeaks telah mengungkapkan ribuan email internal yang menurut mereka diretas dari dalam kampanye Clinton.
Dalam salah satu email tersebut, juru bicara kampanye Jennifer Palmieri saling mengirim pesan tahun 2011 dengan John Halpin, peneliti senior di lembaga pemikiran liberal Center for American Progress. Halpin menulis bahwa kelompok konservatif paling berkuasa di negara itu semuanya Katolik dan menyebut politik mereka "penurunan nilai iman yang luar biasa."
"Mereka pasti tertarik pada pada pikiran sistematis dan sangat terbelakang dari relasi gender dan pasti tidak paham dengan demokrasi Kristen," tulisnya dalam email.
Palmieri membalas dengan menyatakan, "Ajaran Katolik dalah agama yang secara politis konservatif dan paling diterima secara sosial. Kawan-kawan mereka yang kaya tidak akan mengerti jika mereka menjadi penginjil."
Email lain tahun 2011 dikirim oleh John Podesta, yang saat ini menjabat kepala kampanye Clinton dan pada waktu itu memimpin kelompok progresif yang disebut "Catholic Spring," mengadaptasi gerakan pro-demokrasi "Arab Spring" di Timur Tengah.
"Diperlukan gerakan 'Catholic Spring', dimana umat Katolik menuntut diakhirinya kediktatoran abad menengah dan dimulainya demokrasi kecil-kecilan dan penghormatan atas persamaan gender dalam Gereja Katolik," tulis Presiden kelompok Voices for Progress, Sandy Newman.
Kandidat Partai Republik Donald Trump mengatakan kepada para pendukungnya hari Rabu bahwa email-email itu menunjukkan bahwa para staf Clinton "menyerang secara kasar" umat Katolik dan penginjil.
"Ini bukti terbaru kebencian dari kampanye Clinton terhadap warga Amerika biasa yang beriman," ujarnya. "Jika Anda orang beragama, Anda akan memilih Donald Trump, dan saya memiliki dorongan dan bantuan seperti itu."
Podesta mengatakan penyelidikan FBI atas email-email yang diretas adalah bagian dari penyelidikan biro investigasi federal itu secara lebih luas terhadap peretasan oleh Rusia atas email-email Partai Demokrat -- sesuatu yang disangkal Rusia. [hd]