Puluhan ribu orang yang terperangkap dan kaum sipil serta pemberontak Suriah yang panik sedang menunggu dilanjutkannya pengungsian.
Sebelumnya hari Minggu, Elodie Schindler, juru bicara Palang Merah Internasional, memberi harapan kepada mereka ketika ia mengatakan "organisasinya siap melanjutkan evakuasi penduduk dari Aleppo timur, mudah-mudahan pagi ini."
Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan mengadakan pemungutan suara hari Minggu mengenai apakah mengirim pemantau ke kota Suriah yang diobrak-abrik perang itu untuk mengawasi pengungsian dan membantu menyediakan perlindungan bagi kaum sipil yang masih ada.
Dewan Keamanan akan mempertimbangkan gagasan Perancis yang mengutarakan kecemasan atas memburuknya krisis kemanusiaan di dalam dan dekat kota itu, dan bagi puluhan ribu penduduk Aleppo yang terkepung yang membutuhkan evakuasi.
Pemungutan suara hari Minggu, seperti 6 gagasan gencatan senjata yang dipertimbangkan oleh Dewan tahun ini, diperkirakan akan mendapat kecaman dari sekutu utama Suriah, Rusia, yang telah memveto gagasan gencatan senjata sebelumnya.
Para pemantau mengatakan sampai sebanyak 40 ribu orang sipil dan sisa laskar pemberontak menunggu dengan sia-sia dilanjutkannya operasi pengungsian hari Sabtu lalu setelah pengungsian dihentikan hari Jumat oleh pemerintah Damaskus. Penghentian itu dilakukan setelah pasukan pro-pemerintah menuntut evakuasi dua desa Syiah yang dikepung pemberontak.
Bertentangan dengan laporan sebelumnya bahwa evakuasi akan dilanjutkan hari Sabtu, para pemantau dari Syrian Obsevatory yang berbasis di Inggris mengatakan mereka tidak melihat adanya kegiatan evakuasi Minggu pagi. Observatory sebelumnya memperkirakan 4.000 akan diungsikan dari kedua desa Syiah itu dengan konvoi bus.
Kantor-kantor berita Barat mengutip para keluarga, yang bermalam hari Sabtu dalam blok-blok apartemen yang telah dibombardir di dekat tempat keberangkatan, mengatakan tidak ada bus yang muncul.
Konflik di Suriah, yang mulai hampir 6 tahun lalu sebagai protes menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, telah menewaskan hampir 400 ribu orang, menurut taksiran PBB. Jutaan orang lagi telah mengungsi dari tanah air mereka, banyak dari mereka mengharapkan keselamatan dan kemurahan hati negara-negara Eropa yang enggan menerima mereka.
Di Washington hari Jumat, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry menggambarkan keadaan di Aleppo sebagai "pembantaian yang membabi-buta," dan "kebijakan pemerintah yang menteror kaum sipil."
Kerry telah berkali-kali berjanji bahwa Amerika Serikat akan berusaha menyelamatkan nyawa dan terus mendorong semua pihak di Suriah ke arah penyelesaian yang mengizinkan akses sepenuhnya bagi organisasi kemanusiaan ke negara itu. [gp]