CHICAGO —
Seorang anak meminta selimut untuk menghilangkan rasa dingin yang menggerogoti tulang, sementara yang lain ingin hadiah untuk ibunya yang bekerja keras setiap hari.
Surat-surat yang memilukan hati dari anak-anak ini membanjiri kantor pos di Amerika setiap tahun dalam program “Surat untuk Sinterklas”, yang tahun ini mencapai tahun yang ke-100.
Petugas kantor pos setiap tahun memilah-milah ratusan ribu surat yang dialamatkan untuk “Sinterklas, Kutub Utara, Alaska” untuk memilih mana yang menunjukkan kebutuhan yang serius.
Beberapa surat dijawab oleh kelompok-kelompok amal, perusahaan, sekolah, petugas kantor pos dan donatur individual tak bernama, yang dapat datang ke kantor pos yang memiliki program tersebut, memilih surat dan berbelanja untuk memenuhi permintaan pengirim surat.
Kantor pos cabang Chicago sudah kedatangan 18.000 surat, dan jumlahnya terus bertambah, ujar direktur komunikasi dan “Pemimpin Rusa” Robin Anderson pada Selasa (18/12). Ia memperkirakan sekitar 2.500 surat akan dijawab.
Program “Operasi Sinterklas” di New York merupakan yang terbesar di AS, menerima lebih dari setengah juta surat setiap tahun.
Surat-surat tahun ini mencerminkan kebutuhan yang lebih tinggi untuk barang-barang pokok. Jumlah surat dari orang dewasa yang mencari pekerjaan supaya dapat memenuhi kebutuhan anak-anak mereka juga meningkat, ujar pihak-pihak kantor pos.
“Anak-anak berusia enam, delapan tahun mengirim surat, namun tidak meminta permainan video, melainkan jas musim dingin dan makanan, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh kita bahwa anak-anak akan memintanya dari Sinterklas,” ujar Kelley Fernandez, 26, yang bersama koleganya Debbie Schmidt, 53, yang bekerja di Toji Trading Group telah memenuhi permintaan dari surat-surat ini dalam tiga tahun terakhir.
Tahun lalu, Fernandez dan Schmidt mengajak kolega lainnya untuk ikut dalam program tersebut. Tahun ini, seluruh pegawai kantor Toji di Chicago dan di Singapura ikut berpartisipasi. Para pegawai membeli hadiah untuk 26 keluarga tahun ini, termasuk 106 anak-anak, dan mengirimkan 40 kotak hadiah dari kantor pos.
Siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam program ini harus mengisi formulir dan memperlihatkan kartu identitas. Kemudian sang donatur dapat membawa hadiahnya pada 22 Desember sesuai yang diminta dalam surat, dan membayar biaya pengiriman.
Untuk melindungi privasi penerima, nama dan alamat hanya diketahui oleh kantor pos yang mengirim hadiah tersebut.
Salah satu pria yang rutin berpartisipasi dalam program Sinterklas di Chicago dulunya merupakan penerima hadiah, ujar Anderson.
Schmidt dan Fernandez megatakan mereka harus menyiapkan tisu saat membaca surat-surat itu karena isinya bisa sangat menyentuh hati. Tahun lalu, ujar Fernandez, ada anak perempuan yang menulis, “Sinterklas, kami sekarang tinggal dengan bibi kami karena ibu tidak lagi mampu merawat kami, dan kami ingin Sinterklas tahu di mana kami berada tahun ini.”
Schmidt mengatakan bahwa ia juga membaca surat-surat dari nenek dan orangtua tunggal.
Schmidt mengatakan ia dan para koleganya mengirimkan surat yang ditulis tangan kembali ke keluarga pengirim, berikut hadiahnya, dan menandatanganinya sebagai Sinterklas.
“Kami menulis bahwa semua ini dari Sinterklas. Anak-anak itu masih sangat muda, masih percaya Sinterklas,” ujarnya. (Reuters/Mary Wisniewski)
Surat-surat yang memilukan hati dari anak-anak ini membanjiri kantor pos di Amerika setiap tahun dalam program “Surat untuk Sinterklas”, yang tahun ini mencapai tahun yang ke-100.
Petugas kantor pos setiap tahun memilah-milah ratusan ribu surat yang dialamatkan untuk “Sinterklas, Kutub Utara, Alaska” untuk memilih mana yang menunjukkan kebutuhan yang serius.
Beberapa surat dijawab oleh kelompok-kelompok amal, perusahaan, sekolah, petugas kantor pos dan donatur individual tak bernama, yang dapat datang ke kantor pos yang memiliki program tersebut, memilih surat dan berbelanja untuk memenuhi permintaan pengirim surat.
Kantor pos cabang Chicago sudah kedatangan 18.000 surat, dan jumlahnya terus bertambah, ujar direktur komunikasi dan “Pemimpin Rusa” Robin Anderson pada Selasa (18/12). Ia memperkirakan sekitar 2.500 surat akan dijawab.
Program “Operasi Sinterklas” di New York merupakan yang terbesar di AS, menerima lebih dari setengah juta surat setiap tahun.
Surat-surat tahun ini mencerminkan kebutuhan yang lebih tinggi untuk barang-barang pokok. Jumlah surat dari orang dewasa yang mencari pekerjaan supaya dapat memenuhi kebutuhan anak-anak mereka juga meningkat, ujar pihak-pihak kantor pos.
“Anak-anak berusia enam, delapan tahun mengirim surat, namun tidak meminta permainan video, melainkan jas musim dingin dan makanan, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh kita bahwa anak-anak akan memintanya dari Sinterklas,” ujar Kelley Fernandez, 26, yang bersama koleganya Debbie Schmidt, 53, yang bekerja di Toji Trading Group telah memenuhi permintaan dari surat-surat ini dalam tiga tahun terakhir.
Tahun lalu, Fernandez dan Schmidt mengajak kolega lainnya untuk ikut dalam program tersebut. Tahun ini, seluruh pegawai kantor Toji di Chicago dan di Singapura ikut berpartisipasi. Para pegawai membeli hadiah untuk 26 keluarga tahun ini, termasuk 106 anak-anak, dan mengirimkan 40 kotak hadiah dari kantor pos.
Siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam program ini harus mengisi formulir dan memperlihatkan kartu identitas. Kemudian sang donatur dapat membawa hadiahnya pada 22 Desember sesuai yang diminta dalam surat, dan membayar biaya pengiriman.
Untuk melindungi privasi penerima, nama dan alamat hanya diketahui oleh kantor pos yang mengirim hadiah tersebut.
Salah satu pria yang rutin berpartisipasi dalam program Sinterklas di Chicago dulunya merupakan penerima hadiah, ujar Anderson.
Schmidt dan Fernandez megatakan mereka harus menyiapkan tisu saat membaca surat-surat itu karena isinya bisa sangat menyentuh hati. Tahun lalu, ujar Fernandez, ada anak perempuan yang menulis, “Sinterklas, kami sekarang tinggal dengan bibi kami karena ibu tidak lagi mampu merawat kami, dan kami ingin Sinterklas tahu di mana kami berada tahun ini.”
Schmidt mengatakan bahwa ia juga membaca surat-surat dari nenek dan orangtua tunggal.
Schmidt mengatakan ia dan para koleganya mengirimkan surat yang ditulis tangan kembali ke keluarga pengirim, berikut hadiahnya, dan menandatanganinya sebagai Sinterklas.
“Kami menulis bahwa semua ini dari Sinterklas. Anak-anak itu masih sangat muda, masih percaya Sinterklas,” ujarnya. (Reuters/Mary Wisniewski)