Kasus kumulatif Covid-19 di tanah air mencapai 1.012.350 dengan penambahan kasus baru sebanyak 13.094 pada Selasa (26/1).
Mengutip artikel yang diterbitkan Reuters, Selasa (26/1), angka-angka itu termasuk yang tertinggi di Asia. Namun, para ahli kesehatan yakin penyebaran Covid-19 di Tanah Air kemungkinan jauh lebih buruk. Reisa Broto Asmoro, juru bicara Satuan Tugas Covid-19, mengatakan 80 persen orang yang tertular virus telah pulih sepenuhnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah tentu berduka dengan penambahan kasus corona setiap hari, yang terus menelan korban jiwa. Ia mengatakan, ia dan seluruh jajarannya akan berusaha keras menekan laju perebakan wabah tersebut.
“Semua ahli epidemiologi mengatakan kepada saya, bahwa untuk mengatasi pandemi ini, satu hal utama yang harus kita ingat, kita harus mengurangi laju penularan dari virus. Istilah kerennya yang pasti Bapak Ibu juga sudah lihat di video-video yang beredar kita harus flattern the curve, kita harus mengurangi laju penularan virusnya. Sehingga fasilitas kesehatan yang kita miliki tidak terlalu berat bebannya, sehingga kita memiliki waktu yang lebih banyak untuk merespons terhadap virus ini,” ungkap Budi dalam telekonferensi pers, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/1).
Untuk melakukan hal tersebut, ia mengaku, pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri dan membutuhkan bantuan dari seluruh masyarakat untuk berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Kehidupan kita pasca pandemi dan sebelum pandemi ini akan berbeda teman-teman. Kita harus memastikan kita harus bekerja keras mengingatkan diri kita sendiri, mengingatkan teman-teman kita, mengingatkan keluarga kita dan seluruh rakyat yang ada di lingkungan kita, agar kita disiplin protokol kesehatannya kita patuhi. memakai masker mencuci tangan menjaga jarak, itu adalah satu hal utama yang harus dilakukan untuk mengurangi laju penularan virus ini,” jelasnya.
Pihak Kementerian Kesehatan, ujarnya akan senantiasa melakukan upaya tiga T dengan optimal agar penularan virus ini bisa ditekan dengan maksimal.
“Di sini kami di Kementerian Kesehatan akan bekerja keras, sangat keras untuk memastikan bahwa program testing, program tracing atau pelacakan dan program isolasi kita bisa lakukan dan kita eksekusi dengan baik,” tuturnya.
Tembus Satu Juta Diperkirakan Sudah Terjadi Sejak Tahun Lalu
Sementara itu, kepada VOA ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperkirakan Indonesia sudah menembus angka satu juta kasus corona sejak Agustus tahun lalu. Menurutnya, hal ini disebabkan kapasitas testing di tanah air yang masih rendah, sehingga banyak kasus positif yang tidak terdeteksi di kalangan masyarakat. Bahkan, ia yakin bahwa setidaknya satu persen dari seluruh populasi di Indonesia sudah terpapar virus ini.
“Kalau melihat pemodelannya ya setidaknya saat ini sudah satu persen dari penduduk kita ini sudah terpapar atau sekitar kurang lebih tiga juta,” ujar Dicky.
Hal ini, katanya terbukti dengan beberapa indikator yang trennya terus meningkat seperti hunian rumah sakit yang hampir penuh, dan tren kematian yang tidak pernah turun serta positivy rate yang belum pernah di bawah 10 persen sejak awal pandemi, bahkan sejak Januari 2021 naik di atas 20 persen. Maka dari itu, tidak heran bahwa sampai detik ini, kurva Covid-19 di Indonesia tidak pernah melandai, dan belum keluar dari gelombang satu.
“Berarti kasus aktifnya tinggi sekali, akibat lima M yang tidak memadai, tiga T yang tidak memadai, ditambah juga cakupan testing yang tidak memadai ini merambah kemana-mana dan upaya pengendalian kita itu tidak sepadan dengan besaran masalahnya, yang saat ini dilakukan seperti PPKM itu seharusnya yang harus dilakukan di awal-awal dulu, jadi bukan sekarang,” jelasnya.
Untuk mengatasi masalah itu, Dicky mengusulkan kepada pemerintah untuk memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sangat ketat, seperti pusat perbelanjaan dan restoran tutup, semua perkantoran memberlakukan kebijakan work from home (WFH) 100 persen, tempat ibadah tutup, sekolah tetap dengan sistem daring selama kurang lebih satu bulan di seluruh Indonesia. Selain itu, ujarnya harus dilakukan kebijakan tiga T (testing, tracing, treatment) dan lima M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencegah kerumunan) dengan optimal.
Menurutnya, situasi pada saat ini bila dibiarkan akan semakin memburuk, karena adanya ancaman mutasi virus ini yang lebih cepat menular.
“Ditambah lagi ancamannya lainnya semakin besar, dengan adanya strain baru yang 30 persen meningkatkan kematian, dan cepat menular nah ini akan masuk ke Indonesia, ini perkara waktu saja. Artinya ya kita harus mau melakukan evaluasi dan memberikan keputusan tegas , tindakan tegas tanpa ragu-ragu untuk segera merubah strategi, karena kasus harian kita yang sudah tinggi. Ini sebetulnya kalau bicara testing ya minimal 200 ribu (tes) per hari harus kita lakukan,” katanya.
Pemerintah telah melakukan program vaksinasi Covid-19 dan menerapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada awal bulan ini karena kapasitas rumah sakit semakin kritis
Indonesia telah dikritik karena menjadi salah satu negara dengan tingkat pengujian dan pelacakan kontak terendah di dunia. Pemerintah dinilai hanya fokus pada pengamanan vaksin, tapi mengorbankan upaya menegakkan protokol kesehatan. [ah/ft, gi/ab]