Mantan Presiden Nicolas Sarkozy pulang ke rumahnya hari Rabu (2/7) dengan berita ia berada di bawah penyidikan resmi, setelah menghabiskan 15 jam yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tahanan polisi di luar Paris.
Hakim sedang menyelidiki apakah Sarkozy menggunakan pengaruhnya untuk merintangi penyelidikan terhadap adanya dugaan penyimpangan terkait kampanye pemilunya pada tahun 2007. Pengacaranya dan seorang hakim tingkat tinggi juga berada di bawah penyidikan.
Diwawancarai di televisi BFM Perancis, Perdana Menteri Manuel Valls menggambarkan situasi itu serius. Ia menyerukan pengadilan yang bebas dan mengatakan bahwa tidak ada yang kebal hukum, tetapi juga bahwa asas praduga tak bersalah harus ditegakkan.
Penyelidikan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian skandal korupsi yang menimpa Sarkozy. Penyelidikan terbaru ini dikaitkan dengan dugaan apakah ia menerima dana ilegal dari mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi untuk kampanye pemilihan presiden tahun 2007 yang sukses. Para hakim memeriksa apakah Sarkozy berusaha mendapatkan informasi dari dalam sehubungan dengan penyelidikan itu.
Sarkozy bukanlah Presiden Perancis pertama yang menghadapi tuduhan korupsi. Pendahulunya, mantan pemimpin konservatif Jacques Chirac, dikenai hukuman yang ditangguhkan pada tahun 2011, setelah dinyatakan bersalah menggelapkan dan menyalahgunakan dana publik ketika ia menjabat walikota Paris.
Sarkozy juga berada di bawah penyidikan resmi tahun lalu tetapi pengadilan membatalkan pemeriksaannya.
Penyelidikan terbaru datang pada waktu yang sangat penting. Sarkozy telah secara luas diduga akan berusaha kembali ke politik, setelah kalah dalam upayanya terpilih kembali kembali tahun 2012 dari tokoh sosialis, yang sekarang menjabat Presiden, Francois Hollande.
Sarkozy secara lantang membantah semua dakwaan yang dituduhkan terhadap dirinya, dengan mengatakan itu semua bermotif politik.
Hari Rabu, para pendukung seperti walikota Nice, Christian Estrosi dari Partai Konservatif UMP Sarkozy menyatakan dukungan kepada Sarkozy.
Berbicara di radio Perancis, Estrosi mempertanyakan ketidakberpihakan setidaknya satu hakim yang menyelidiki tuduhan-tuduhan itu , dan menuduh pemerintah sosialis telah menabur kebencian di negara itu.