Kelompok-kelompok pemberontak Islamis yang telah merebut kekuasaan di Mali utara telah setuju menolak terorisme dan kekerasan dan berusaha mencapai persatuan nasional di negara Afrika Barat yang mengalami kerusuhan itu. Persetujuan itu dinyatakan setelah pembicaraan satu hari dengan pemerintah Mali hari Selasa di negara tetangganya, Burkina Faso.
Uni Afrika dan para pejabat Afrika Barat lain telah mendesak PBB agar mengesahkan intervensi militer di Mali, karena kekhawatiran bahwa kaum ekstrimis akan berusaha mendirikan negara Islamis. Para militan sudah menguasai kota bersejarah Timbuktu, melarang lambang-lambang kebudayaan Barat seperti musik.
Mali pernah dianggap satu daerah kestabilan di Afrika Barat sampai bulan Maret, ketika tentara menggulingkan pemerintah. Ini menciptakan vakum kekuasaan yang memungkinkan kelompok Islam radikal Ansar Dine dan pemberontak Tuareg – yang sebelumnya pernah turut bertempur membantu mendiang diktator Moammar Gadhafi – segera datang masuk dan menguasai Mali utara.
Para pejabat Amerika telah mengutarakan keprihatinan atas keadaaan di Mali utara tetapi tidak mendukung tindakan militer pada waktu itu.
Uni Afrika dan para pejabat Afrika Barat lain telah mendesak PBB agar mengesahkan intervensi militer di Mali, karena kekhawatiran bahwa kaum ekstrimis akan berusaha mendirikan negara Islamis. Para militan sudah menguasai kota bersejarah Timbuktu, melarang lambang-lambang kebudayaan Barat seperti musik.
Mali pernah dianggap satu daerah kestabilan di Afrika Barat sampai bulan Maret, ketika tentara menggulingkan pemerintah. Ini menciptakan vakum kekuasaan yang memungkinkan kelompok Islam radikal Ansar Dine dan pemberontak Tuareg – yang sebelumnya pernah turut bertempur membantu mendiang diktator Moammar Gadhafi – segera datang masuk dan menguasai Mali utara.
Para pejabat Amerika telah mengutarakan keprihatinan atas keadaaan di Mali utara tetapi tidak mendukung tindakan militer pada waktu itu.