Shalat jenazah untuk Muhammad Ali dapat disaksikan di seluruh dunia, Kamis (9/6), memberikan banyak pihak luar kesempatan untuk mencermati agama yang tidak terlalu mereka pahami namun sering mereka kecam.
Sekitar 14.000 orang diperkirakan akan ikut serta dalam ritual tersebut di Louisville, negara bagian Kentucky, yang akan ditayangkan di televisi dan di internet.
Pihak penyelenggara mengatakan, shalat tersebut terbuka untuk umum namun terutama bagi Muslim yang ingin mengucapkan selamat tinggal pada pria yang dianggap pahlawan untuk keyakinan mereka itu.
Muslim di AS berharap ritual tersebut dapat membantu menggarisbawahi bahwa Islam, yang banyak diserang dalam beberapa bulan terakhir, sepenuhnya merupakan bagian dari kehidupan di Amerika.
"Akan dilakukan shalat jenazah yang merupakan tradisi Islam, tapi tidak menutup pintu bagi umat agama lain untuk ikut bersolidaritas dengan Muslim," ujar Timothy Gianotti, cendekiawan Muslim di University of Waterloo, Kanada, yang telah berdiskusi selama bertahun-tahun dengan keluarga Ali untuk merencanakan pemakaman.
"Hal itulah yang diinginkan Muhammad."
Ali, yang meninggal dunia Jumat pekan lalu dalam usia 74 tahun, bergabung dengan Nation of Islam, gerakan separatis agama kulit hitam, saat masih menjadi atlet muda. Ia menekuni ajaran Islam arus utama bertahun-tahun kemudian, menjadi representatif global agama Islam dan inspirasi untuk Muslim lain.
Selain shalat jenazah hari Kamis, akan ada acara memorial lintas agama hari Jumat, dengan perwakilan-perwakilan beberapa agama, termasuk Yahudi dan Kristen. Organisasi-organisasi Muslim meminta masjid di seluruh negeri untuk berpartisipasi dalam melakukan doa khusus untuk Ali minggu ini.
Islam Akomodatif
Acara-acara mengenang Ali terjadi setelah ledakan serangan terhadap masjid-masjid di AS dan Muslim menyusul serangan ekstremis Islam tahun lalu di Paris dan San Bernardino, California, dan retorika anti-Muslim dalam pemilihan presiden.
Namun banyak pemimpin Muslim mengatakan mereka senang ada peluang untuk menyoroti aspek-aspek positif dari Islam melalui contoh yang diberikan legenda tinju itu.
"Salah satu orang yang paling dicintai, salah satu orang yang paling dikenal di dunia kebetulan adalah Muslim -- semua orang datang dari berbagai tempat untuk memperingati kematian Muslim ini," ujar Imam Abdullah El-Amin, pendiri Muslim Center di Detroit, yang akan menghadiri shalat jenazah.
"Mereka akan melihat karakter sebenarnya dari agama ini dan cara hidup mayoritas Muslim."
Muslim biasanya dimakamkan dalam 24 jam, namun hal itu bukan aturan yang ketat, dan seringkali ada kelonggaran untuk mengakomodasi tradisi lokal atau dalam kasus tokoh terkenal seperti Ali, untuk memberikan waktu bagi para tamu besar dan lainnya untuk datang ke upacara pemakaman. Ali meninggal di Arizona, dan diperlukan waktu untuk mengangkut jenazahnya ke Louisville, ujar Gianotti.
"Islam itu mengakomodasi budaya," ujar Imam Mohamed Magid, dari All Dulles Area Muslim Society (ADAMS), salah satu komunitas masjid terbesar di daerah Washington, D.C., yang akan menghadiri acara di Louisville.
"Yang terpenting adalah shalat dilakukan secara benar."
Gianotti mengatakan dalam wawancara lewat telepon bahwa ia dan tiga orang lain -- dua Muslim dari Phoenix dan Imam Zaid Shakir, cendekiawan Muslim terkemuka yang akan memimpin shalat hari Kamis -- telah memandikan dan membungkus jenazah Ali sehari setelah kematiannya.
Jenazah dibungkus kain kafan "untuk mengingatkan mereka yang masih hidup bahwa ketika lahir, manusia tidak membawa uang dan mati pun tidak membawa uang. Yang terpenting adalah menjalani hidup secara sederhana atau berbuat baik," ujar Imam Yahya Hendi, ulama di Georgetown University dan spesialis studi Islam.
Bukan yang Pertama
Ali bukanlah pemimpin Muslim besar pertama yang mendapat upacara publik di Amerika Serikat.
Ketika Malcolm X dibunuh tahun 1965, sedikitnya 14.000 orang datang melihat jenazahnya, sementara beberapa ribu berbaris di jalan dalam pemakamannya yang berlangsung secara Islam dan ditayangkan di televisi. Penyelenggara membagikan buklet yang menjelaskan ritual Muslim tersebut, menurut laporan dari The Boston Globe.
Jandanya, Betty Shabbazz, meninggal tahun 1997 dan mendapat upacara pemakaman di sebuah masjid di New York dan acara memorial di Gereja Riverside yang menarik tokoh-tokoh besar, termasuk perwakilan Gedung Putih, selain ribuan warga yang berduka cita.
Upacara pemakaman dengan skala lebih kecil diadakan tahun 2008 di pinggiran kota Chicago untuk Imam W.D. Mohammed, yang dianggap salah satu pemimpin penting Muslim di Amerika utara, yang menarik ribuan warga kulit hitam keluar dari Nation of Islam ke dalam ajaran Islam arus utama.
Namun tetap saja tidak ada yang seterkenal Ali, atau memiliki akses teknologi yang dapat membuat audiens global bisa melihat shalat jenazah untuknya.
"Saya kira signifikansi Muhammad Ali, apa yang ia wakili, pengorbanannya, sikap yang ia ambil, ketenangannya dalam menerima penyakitnya -- semua hal ini dan masih banyak lagi -- memperbesar posisinya sampai masyarakat mencintainya," ujar Shakir, yang telah bekerjasama dengan keluarga Ali selama bertahun-tahun.
Ali telah merencanakan pemakamannya untuk merefleksikan keinginannya agar "orang-orang berkumpul dan berpeluang mengapresiasi cinta dan perdamaian dan persatuan yang dapat ditimbulkan oleh sebuah jiwa besar." [hd]