Orang-orang yang berbicara lebih dari satu bahasa dengan lancar dapat memproses informasi lebih mudah dibandingkan mereka yang hanya tahu satu bahasa, menurut sebuah studi baru.
Viorica Marian, peneliti dari jurusan komunikasi Northwestern University di AS, menjelaskan hal itu karena otak bilingual terus menerus memilih bahasa mana yang harus digunakan dan mana yang harus diabaikan.
Marian mengusulkan konsep ini, yang ia sebuat ko-aktivasi, pada 1999. Studi barunya, diterbitkan dalam jurnal Brain and Language, menggunakan gambar-gambar resonansi magnetik fungsional untuk menguji validitasnya.
Para responden sukarela kemudian melakukan latihan pengenalan kata. Dengan memperhatikan aliran darah responden saat mereka melakukan tugas-tugas tersebut, ukuran seberapa keras otak bekerja, Marian menemukan bahwa monolingual atau orang yang hanya bisa satu bahasa bekerja lebih keras untuk mengidentifikasi kata-kata yang tepat.
Otak para pembicara bilingual lebih efisien, lapornya, karena mereka lebih baik dalam mengontrol kata-kata yang tidak relevan secara konstan.
"Menggunakan bahasa lain memberikan otak latihan dari dalam," ujarnya.
Hal itu mungkin menjelaskan kenapa kemampuan bilingual sepertinya membantu menghambat Alzheimer dan demensia, ujarnya. Studi-studi lain menunjukkan anak-anak yang bilingual lebih baik dalam menyaring bunyi-bunyi di kelas dibandingkan mereka yang hanya berbicara dalam satu bahasa.