Kepala Badan Pembangunan Internasional AS Samantha Power, Rabu (4/8) dijadwalkan bertemu dengan para pejabat di Ethiopia, sementara AS mendesak pemerintah agar membuka akses bagi bantuan kemanusiaan ke kawasan Tigray.
Power hari Selasa (3/8) bertemu dengan para pengungsi di Sudan yang telah melarikan diri dari Tigray, dan ia menegaskan kembali sikap AS, PBB serta pihak-pihak lain bahwa yang akan membantu warga di wilayah paling utara Ethiopia itu adalah diakhirinya perang yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan.
“AS telah mendorong semua pihak di Tigray ke arah gencatan senjata segera dengan harapan agar orang-orang seperti orang Ethiopia yang saya temui di sini akan dapat kembali pulang,” kata Power dalam cuitan di Twitter hari Selasa (4/8). “Konflik telah menimbulkan serangan mengerikan terhadap warga sipil. Ini berdampak pada jutaan orang, dan ini harus dihentikan,” lanjutnya.
Ia mengatakan secara khusus AS menyerukan agar Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mundur dari wilayah Amhara dan Afar yang berdekatan, pemerintah regional Amhara agar menarik pasukannya dari Tigray Barat, dan negara tetangga Eritrea agar segera menarik pasukannya dari Ethiopia.
“Semua pihak harus mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan kepada mereka yang terdampak oleh konflik, dan blokade komersial terhadap Tigray harus berakhir,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan hari Selasa di Washington.
AS mengumumkan pekan lalu bantuan kemanusiaan tambahan 149 juta dolar untuk kawasan Tigray, sambil juga meminta perhatian pada penundaan birokrasi dan serangan terhadap konvoi bantuan yang telah menghambat upaya-upaya mengirim makanan dan pasokan penting lainnya bagi mereka yang membutuhkan.
Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada wartawan hari Selasa (3/8) di Addis Ababa bahwa dalam beberapa hari belakangan, 122 truk telah tiba dalam persiapan untuk membawa pasokan bantuan ke Tigray, tetapi organisasi kemanusiaan itu menyatakan bahwa kebutuhan di kawasan itu adalah lebih dari 100 truk bantuan per hari.
Semua pihak yang berperang saling menyalahkan dalam beberapa isu, termasuk penutupan akses ke bantuan kemanusiaan. Pemerintah Ethiopia menyalahkan pasukan Tigrayan atas blokade bantuan, sementara pasukan Tigrayan menyalahkan pemerintah.
Associated Press melaporkan pekan lalu seorang pejabat senior USAID mengatakan kepada kantor berita itu bahwa tuduhan pemerintah “100 persen tidak benar.” Pejabat itu menambahkan “penghalang utamanya adalah pemerintah.”
Ethiopia, Selasa (3/8) menghentikan sebagian atau seluruh operasi Dokter Tanpa Tapal Batas dan Dewan Pengungsi Norwegia. Organisasi-organisasi bantuan itu menyatakan pemerintah memerintahkan mereka untuk menghentikan kegiatan mereka di Tigray. [uh/ab]