Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menegaskan lembaganya bisa mengatasi serangan peretas (hacker) ke situs resmi KPU. Menurutnya, KPU telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatasi serangan ini. Termasuk melapor ke kepolisian untuk penuntasan kasus hukumnya. Namun, Arif membantah jika peretasan tersebut dilakukan oleh China dan Rusia.
Menurut Arief, China dan Rusia hanya salah satu alamat lokasi jaringan (IP address) yang digunakan peretas. Kendati demikian, hal tersebut bukan berarti serangan itu berasal dari China dan Rusia. Sebab peretas bisa berada di negara manapun, meski IP addresnya berasal dari China dan Rusia.
"Kalau hacker-nya bisa darimana saja. Yang saya bilang IP addresnya itu bisa dari mana-mana. Ada yang menggunakan IP addres Indonesia, China, Rusia, IP addres banyak negara. Bukan hanya China dan Rusia. Tetapi pengguna IP addres itu kan bisa orang mana saja," jelas Arief Budiman saat ditemui VOA di kantornya, Jakarta, Kamis (14/3).
Arief menjamin serangan-serangan seperti ini tidak akan mampu mempengaruhi perolehan suara calon presiden dan wakil presiden pada penghitungan suara nanti. Sejauh ini, kata dia, serangan tersebut hanya menambah beban KPU saja.
"Mereka macam-macam, ada yang di-fishing saja. Ada yang mengubah tulisan, ada yang mengubah gambar. Tapi semua itu tidak merusak apa yang sudah kita kerjakan dan bisa kita selesaikan semua," imbuhnya.
Ia menjelaskan serangan terhadap situs resmi KPU terbaru terjadi pada awal tahun ini. Ia juga menyebut sudah ada pelaku yang ditangkap kepolisian dari kasus peretasan terhadap website KPU.
Namun, Arief tidak mau menjelaskan siapa pelaku yang ditangkap polisi dan motif serangannya. (sm/em)