Rusia melancarkan lagi serangan-serangan udara di Suriah hari Jumat (2/10), sementara koalisi yang dipimpin Amerika mendesak Moskow agar menghentikan serangan apapun terhadap oposisi Suriah dan berfokus pada target-target kelompok militan Negara Islam (ISIS).
Dalam pernyataan koalisi yang dimuat dalam situs Internet Kementerian Luar Negeri Turki, disebutkan, tindakan militer semacam itu memperburuk situasi serta hanya akan menyulut lebih banyak ekstremisme dan radikalisasi.
Koalisi yang terdiri dari Amerika, Inggris, Turki, Perancis, Jerman, Qatar dan Arab Saudi telah melancarkan serangan-serangan udara dengan target ISIS selama sekitar satu tahun ini.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pesawat-pesawat tempurnya telah menerbangkan 18 misinya dalam kurun 24 jam, dan menghantam 12 target ISIS. Juga Jumat, juru bicara Kementerian, Igor Konashenkov menganggap apa yang ia sebut desas-desus media bahwa serangan udara Rusia di Suriah tidak menghantam target-target mereka sebagai “omong kosong sepenuhnya.”
Kelompok-kelompok pemberontak dan para pengamat lainnya di lapangan telah melaporkan bahwa serangan-serangan udara Rusia telah menewaskan warga sipil.
Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Perancis Francois Hollande membahas konflik itu dalam pertemuan di Paris. Sumber-sumber diplomatik Perancis dikutip mengatakan kedua pemimpin berusaha mencari kesamaan pandangan mengenai kemungkinan transisi politik di Suriah. [uh]