Dokumen yang sudah diperbaiki itu akan ditandatangani di ibukota Bogota oleh pemimpin FARC Rodrigo Londono dan Presiden Colombia Juan Manuel Santos, yang memenangkan hadiah Nobel Perdamaian bulan lalu atas upaya-upayanya untuk mengakhiri konflik yang berlangsung beberapa dekade dengan kelompok pemberontak itu.
Peter Hakim, bekas pimpinan dan cendikiawan senior pada organisasi yang berkantor pusat di Washington, Inter-American Dialoge mengatakan kepada VOA meskipun perjanjian itu tidak mendapat dukungan universal bisa disetujui oleh Kongres.
Hakim mengatakan seperti perjanjian lain semacam ini, ada kompromi dan ketika realita keadilan dimasukkan ke dalam realita politik maka tidak bisa dihindari mereka yang dituduh melakukan pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan HAM akan lolos dari pengadilan.
Pemerintah dan wakil-wakil FARC, telah berunding di Kuba selama lebih dari empat tahun untuk mengakhiri konflik itu, yang telah menewaskan lebih dari 220 ribu orang dan menyebabkan jutaan orang di negara itu mengungsi.
Bulan lalu, para pemilih ikut dalam referendum yang secara mengejutkan menolak perjanjian pertama, yang dianggap terlalu lunak terhadap para pemberontak. Setelah perjanjian yang diperbaiki itu ditandatangani, perjanjian itu akan di serahkan kepada Kongres Kolombia untuk mendapat persetujuan, dan tidak melalui referendum lagi.
Sejak perjanjian pertama ditolak referendum, para perunding FARC dan pemerintah telah bekerja siang dan malam, melakukan 50 lebih perubahan sehingga lebih bisa diterima oleh pihak konservatif Kolombia yang sangat tidak menyukai FARC. [my/ds]