Kongres Amerika akan melangsungkan pemungutan suara hari Kamis (26/5) untuk memperketat pemeriksaan latar belakang pada penjualan senjata api. Hal ini dilakukan dua hari setelah penembakan massal terburuk kedua dalam sejarah Amerika Selasa lalu (24/5) yang menghidupkan kembali perdebatan soal pengendalian senjata api. Namun wartawan VOA di Kongres Katherine Gypson melaporkan peluang para politisi untuk melakukan perubahan signifikan sangat tipis.
Beto O'Rourke menginterupsi konferensi pers yang dilangsungkan Gubernur Texas Greg Abbott hari Rabu (25/5) tentang penembakan massal di sekolah dasar di Uvalde. Ia menyebut tragedi itu “sudah dapat diprediksi ketika Anda (Abbot.red) memilih untuk tidak melakukan sesuatu.”
Beto O'Rourke, yang merupakan lawan Abbott dalam pemilihan gubernur yang akan berlangsung November nanti, diminta keluar ruangan, di tengah kecaman dan sekaligus dukungan terhadapnya. Wakil Gubernur Texas, yang berasal dari Partai Republik, Dan Patrick mengecamnya. Tetapi mereka yang hadir berteriak meminta agar O'Rourke diijinkan bicara.
Di luar ruang konferensi pers itu O'Rourke mengatakan, “Ini semua (insiden penembakan massal.red) terjadi karena kita, jika kita tidak melakukan sesuatu. Saya akan melakukan sesuatu. Saya tidak sendiri. Warga Texas akan bersama kita. Mayoritas warga Texas akan bersama kita. Tetapi kita harus berjuang atau, jika tidak, kita akan terus menghadapi peristiwa semacam ini sebagai hal yang biasa saja, dan akhirnya kita harus menghadapi penembakan berikutnya. Kita dapat menghentikan penembakan seperti ini jika saja kita berjuang keras setelah penembakan di SMA Santa Fe, jika saja kita berjuang keras setelah penembakan di El Paso. Kita harus berjuang untuk mencegah penembakan bikutnya. Saat ini kita akan berjuang di Uvalde, Texas. Itulah sebabnya saya berada di sini.”
Sementara di dalam ruang konferensi pers, Gubernur Greg Abbott melanjutkan keterangannya dengan mengatakan penembak yang berusia 18 tahun, Salvador Ramos, tidak menunjukkan isyarat apapun hingga beberapa saat sebelum melakukan penembakan. Abbot menyerukan layanan kesehatan mental yang lebih besar daripada mempersoalkan undang-undang kepemilikan senjata api yang lebih ketat.
“Saya tidak suka mengatakan hal ini, tetapi ada lebih banyak orang yang tewas ditembak setiap minggu di Chicago dibandingkan yang tewas ditembak di sekolah-sekolah di Texas. Orang-orang yang mengira bahwa dengan memberlakukan undang-undang kepemilikan senjata api yang lebih ketat maka akan menyelesaikan persoalan ini, mereka harus menyadari bahwa Chicago, Los Angeles dan New York tidak menunjukkan hal itu.”
Presiden Serukan Aturan Baru
Presiden Amerika Joe Biden menyerukan Kongres yang dikuasai tipis oleh Partai Demokrat untuk meloloskan aturan baru.
“Demi Tuhan, kapan kita akan melakukan sesuatu yang perlu dilakukan sehingga dapat benar-benar menghentikan secara fundamental jumlah pembantaian yang terjadi?”
Sejumlah senator Partai Demokrat mengatakan mereka ingin bergerak cepat untuk meloloskan peraturan baru itu. Pemimpin mayoritas Senat Chuck Schumer mengatakan, “Epidemi senjata di Amerika tidak tertandingi di antara negara-negara mitra kita di dunia. Tidak ada orang Amerika yang aman dari senjata api, dan rakyat telah lelah dan muak karenanya.”
Tetapi langkah semacam ini sebelumnya kerap terhenti. Senator Chris Murphy dari negara bagian Connecticut mengatakan, “Ini pokok pembicaraan dalam industri senjata api. Industri senjata api ingin menghentikan pembicaraan apapun soal mengubah undang-undang kepemilikan senjata api setelah penembakan massal seperti ini karena mereka tahu persis bahwa saat itulah publik menuntut perubahan kebijakan.”
Meskipun anggota faksi Republik, seperti pemimpin minoritas di Senat Mitch McConnell, menyadari cakupan tragedi ini.
“Ini benar-benar memuakkan, melihat nyawa anak-anak tidak berdosa ini dicabut oleh kebrutalan yang tidak berperikemanusiaan.”
Ia menambahkan, "… Mereka (anggota faksi Republik.red) memperingatkan agar tidak membatasi hak konstitusional warga Amerika untuk memiliki senjata api."
Mengapa Tak Kunjung Tercapai Kompromi
Unjuk rasa menuntut aturan hukum yang lebih ketat, yang konsisten dilakukan warga, gagal menggerakkan Kongres untuk meloloskan aturan baru setiap kali terjadi penembakan massal.
Pengamat sosial di Universitas Texas Matthew Valentine mengatakan, “Asumsinya adalah jika ada kebijakan yang mengadvokasi reformasi apapun maka ini merupakan awal dari penyitaan senjata dan semacam reformasi besar-besaran ala Selandia Baru. Padahal tidak seperti itu. Bukan itu yang diusulkan warga. Ada begitu banyak langkah legislatif yang telah diusulkan dan sedianya menjadi cara untuk mencegah orang-orang yang berupaya melakukan aksi penembakan seperti ini.”
Menurut jajak pendapat Pew Research Center tahun 2021, separuh warga Amerika menilai kekerasan bersenjata api merupakan masalah yang sangat besar. Sejumlah besar pendukung Partai Demokrat dan Partai Republik juga setuju dengan pemeriksaan latar belakang mereka yang berupaya memiliki senjata api dengan membelinya secara pribadi (di toko-toko) dan di pameran senjata api. [em/lt]