Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Rabu (13/4) berjanji untuk membantu para korban banjir pantai timur yang menghancurkan ketika jumlah korban tewas akibat hujan lebat yang menyapu jalan dan mengganggu pengiriman di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika itu meningkat menjadi 259 .
Ramaphosa mengunjungi keluarga yang kehilangan orang-orang yang mereka kasihi di provinsi KwaZulu-Natal, termasuk keluarga dengan empat anak, setelah banjir dan tanah longsor, Selasa (12/4) menghancurkan rumah mereka.
Pantai tenggara Afrika berada di garis depan sistem cuaca terkait laut yang diyakini oleh para ilmuwan diperparah oleh pemanasan global dan diprediksi akan menjadi jauh lebih buruk dalam beberapa dekade mendatang.
"Anda tidak sendirian... Kami akan melakukan segala upaya untuk melihat bagaimana kami bisa membantu. Meskipun anda mengalami kepedihan, kami di sini untuk membantu anda" ," kata Ramaphosa.
Nonala Ndlovu, kepala direktur Departemen Kerjasama Pemerintahan untuk KwaZulu-Natal, kepada Reuters mengatakan polisi memperkirakan jumlah korban tewas sedikitnya 259 orang.
Negara retangga utara Afrika Selatan, Mozambik, telah mengalami serangkaian banjir yang menghancurkan selama dekade terakhir, termasuk satu bulan terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang.
"Anda sedang berjuang melawan salah satu insiden terbesar yang pernah kami alami dan kami menganggap ini hanya terjadi di negara lain seperti Mozambik atau Zimbabwe," kata Ramaphosa kepada para korban.
Laporan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada bulan Februari memperingatkan bahwa manusia masih jauh dari siap bahkan untuk perubahan iklim yang sudah memanas menjadi sistem akibat pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan selama beberapa dekade. IPCC mendesak dunia untuk meningkatkan investasi untuk beradaptasi. [my/jm]