Badan forensik Korea Selatan tidak menemukan kaitan antara kematian seorang remaja laki-laki dan suntikan vaksin flu, menurut kantor berita Yonhap. Sementara itu, 11 orang lagi yang terkait program vaksinasi itu meninggal, sehingga jumlah korban menjadi 36.
Remaja usia 17 tahun itu termasuk yang pertama dilaporkan meninggal dalam kampanye pemerintah untuk memvaksinasi sekitar 30 juta dari 52 juta populasi untuk mencegah komplikasi virus corona.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan, Jumat (23/10), akan mengadakan pertemuan dengan para pakar vaksinasi untuk mempelajari situasi itu. Jumlah korban naik dari 25 pada hari sebelumnya menjadi 36, sehingga dokter dan politisi menyerukan agar program tersebut dihentikan.
Otoritas kesehatan menolak menangguhkan kampanye tersebut dengan alasan kurangnya bukti yang menunjukkan kaitan langsung antara kematian itu dan vaksin.
Badan Forensik Nasional telah melakukan otopsi pada beberapa orang yang meninggal dan memutuskan bahwa vaksin itu tidak menyebabkan kematian remaja usia 17 tahun itu, kata Yonhap, mengutip polisi.
Badan forensik dan polisi belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun menyampaikan duka cita kepada keluarga korban. Ia menyerukan penyelidikan menyeluruh untuk memverifikasi penyebab pasti kematian.
Setidaknya 22 dari 25 kasus yang dikonfirmasi, termasuk remaja itu, menerima suntikan flu gratis dari pemerintah yang disiapkan bagi sekitar 19 juta remaja dan lansia, sedangkan tiga lainnya membayar vaksin itu. Tujuh dari sembilan orang yang diselidiki mengidap penyakit bawaan, kata KDCA.
Badan itu belum merinci 11 kematian yang dilaporkan dalam semalam.
Meningkatnya jumlah kematian itu memicu perdebatan tentang apakah program itu harus ditangguhkan atau tidak. Organisasi terbesar dokter di negara itu menyerukan penghentian sampai keamanan vaksin dipastikan, sedangkan komunitas besar vaksin mengatakan vaksinasi harus dilanjutkan karena tidak ditemukan ada kaitannya dengan kematian itu. [ka/ab]