Direktur Intelijen Amerika Dan Coats hari Selasa (13/2) mengatakan kepada Komite Intelijen Senat dalam sidang dengar pendapat tahunan tentang ancaman di seluruh dunia, bahwa senjata pemusnah massal Korea Utara akan menimbulkan ancaman signifikan terhadap Amerika dan sekutu-sekutunya pada masa depan.
“Korea Utara akan menjadi ancaman yang paling rentan dan konfrontatif pada tahun mendatang,” ujar Coats. Ditambahkannya, “selain uji rudal balistik dan bertambahnya jumlah hulu ledak nuklir, Korea Utara akan melanjutkan program perang senjata kimia dan biologi yang sudah berlangsung cukup lama.”
Coats mengatakan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un bertekad untuk mengembangkan rudal jarak jauh yang mampu menyerang Amerika, yang dinilai Kim penting bagi keamanan negaranya. “Kim juga mungkin melihat ICBM nuklir sebagai dorongan untuk mencapai ambisi strategis jangka panjangnya guna mengakhiri aliansi Seoul dan Washington, yang pada akhirnya akan mendominasi Semenanjung Korea,” ujarnya.
Baca juga: Tillerson: ‘Terlalu Dini’ Untuk Pembicaraan AS-Korea Utara
Direktur CIA Mike Pompeo mengatakan kepada Kongres bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya “telah membangun koalisi global untuk melawan Kim Jong-Un dan rejim terornya,” dan menambahkan ia akan mengungkapkan lebih banyak informasi tentang rencana koalisi itu dalam rapat tertutup Selasa sore.
Dalam kesempatang yang sama Coats juga melaporkan tentang Rusia. Rusia akan terus menjadi negara yang memiliki cakupan senjata pemusnah massal paling besar dan “kini mengembangkan kapabilitas senjata nuklirnya.”
Terorisme tetap menjadi ancaman global, ujar Coat, termasuk di dalam perbatasan Amerika. Terorisme ekstremis disertai kekerasan yang berkembang di dalam negeri, termasuk oleh orang-orang yang terilhami dan menjadi radikal, merupakan ancaman terorisme Sunni utama dan paling sulit untuk dideteksi,” tambahnya. [em/jm]