Tautan-tautan Akses

Korea Utara Kecam Laporan Rencana Strategis Nuklir AS


Korea Utara berjanji pada Sabtu (24/8) untuk memperkuat kemampuan nuklirnya sebagai tanggapan terhadap laporan bahwa Amerika Serikat telah memperbarui rencana strategis nuklirnya. (Foto: AP)
Korea Utara berjanji pada Sabtu (24/8) untuk memperkuat kemampuan nuklirnya sebagai tanggapan terhadap laporan bahwa Amerika Serikat telah memperbarui rencana strategis nuklirnya. (Foto: AP)

Korea Utara berjanji pada Sabtu (24/8) untuk memperkuat kemampuan nuklirnya sebagai tanggapan terhadap laporan bahwa Amerika Serikat telah memperbarui rencana strategis nuklirnya.

Negara itu akan "memperkuat kekuatan strategisnya dengan segala cara untuk mengendalikan dan menghilangkan segala macam tantangan keamanan yang mungkin timbul dari rencana Washington yang direvisi,” menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Menurut laporan The New York Times minggu ini, Presiden Joe Biden menyetujui rencana Amerika pada Maret yang bertujuan mempersiapkan kemungkinan konfrontasi nuklir terkoordinasi. Rencana tersebut mencakup langkah-langkah menghadapi Rusia, China, dan Korea Utara.

Times melaporkan bahwa rencana yang sangat rahasia tersebut untuk pertama kalinya mengubah strategi pencegahan Washington dengan memusatkan perhatian pada pesatnya ekspansi persenjataan nuklir China.

KCNA melaporkan bahwa kementerian luar negeri Korea Utara "menyatakan keprihatinan serius serta dengan tegas mengecam dan menolak tindakan Amerika."

Korea Utara juga berjanji akan memperkuat pengembangan kekuatan nuklir yang memadai dan andal untuk mempertahankan kedaulatannya, tambah laporan itu.

Sejak berdirinya Korea Utara setelah Perang Dunia II, Pyongyang dan Moskow telah menjadi sekutu, dan hubungan mereka semakin erat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.

Amerika Serikat dan Seoul menuding Korea Utara memasok amunisi dan rudal kepada Rusia untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina.

Pyongyang, yang mengklaim sebagai kekuatan senjata nuklir yang "tidak dapat diubah," telah menyebut tuduhan tentang penyediaan senjata kepada Rusia sebagai "tidak masuk akal."

Namun, Pyongyang mengapresiasi Rusia karena menggunakan hak vetonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Maret, yang secara efektif menghentikan pemantauan pelanggaran sanksi tepat ketika para ahli PBB mulai menyelidiki dugaan transfer senjata.

China, yang juga merupakan sekutu utama Korea Utara, memposisikan dirinya sebagai pihak netral dalam konflik Rusia-Ukraina. Mereka mengklaim tidak mengirimkan bantuan mematikan kepada kedua belah pihak, berbeda dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

Pyongyang merupakan sekutu politik dan ekonomi yang dekat dengan Rusia. Sementara itu, anggota NATO menyebut Beijing sebagai "pendukung utama" dalam konflik tersebut.

Sejak konflik Ukraina dimulai, Moskow bertumpu pada Beijing sebagai penyelamat ekonomi negaranya. Akibatnya Rusia dan China menjalin hubungan perdagangan yang lebih erat ketika Moskow dihujani berbagai sanksi. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG