Kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Kamis (11/5) mengatakan ia berencana akan mengirim delegasi ke Beijing untuk membahas program nuklir Korea Utara dan kekhawatiran China mengenai sistem pertahanan misil Amerika yang digelar di Korea Selatan.
Moon dan Presiden China Xi Jinping berbicara melalui telepon sehari setelah Moon dilantik untuk menggantikan Park Geun-hye yang tersingkir.
Juru bicara Moon mengatakan kedua presiden menyepakati “tujuan bersama” untuk mendenuklirisasi Semenanjung Korea, dan bahwa Moon memahami kekhawatiran China mengenai sistem pertahanan misil Amerika, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
“Kedua presiden sepakat untuk bertukar delegasi khusus dan presiden mengatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa ia berencana untuk mengirim delegasi khusus ke Beijing untuk membicarakan mengenai Korea Utara dan sistem pertahanan misil Amerika yang dipertentangkan," kata juru biacara Presiden Korsel, Yoon Young-chan.
Juru bicara Kementrian Luar Negeri China, Geng Shuang juga membahas percakapan telepon itu.
“Selama percakapan hari ini para pemimpin dari kedua negara menyampaikan mereka menempatkan hubungan China-Korea Selatan dan Korea Selatan-China di tingkat yang tinggi. Keduanya menyampaikan kesediaan mereka untuk membangun hubungan antara kedua negara dan keinginan mereka untuk mengembalikannya pada jalur perkembangan yang sehat dan stabil. Saya kira pada tahap berikutnya China bersedia untuk berkomunikasi erat dengan pemerintah Korea Selatan yang baru dan bekerja sama untuk memastikan hubungan antara kedua negara kembali pada perkembangan yang stabil dan sehat secepatnya," kata Shuang.
Korea Selatan selama ini bekerjasama dengan Amerika Serikat untuk membangun THAAD untuk membantu melindungi negara itu apabila terjadi serangan misil Korea Utara. Bagian pertama sistem itu telah operasional awal bulan ini, dan kemampuan penuhnya diperkirakan akan tuntas dibangun akhir tahun ini.
China menganggap THAAD sebagai ancaman dan menjadi kekuatan yang menimbulkan ketidakstabilan di kawasan. Negara itu telah mengambil tindakan balasan terhadap Korea Selatan dengan membatasi sektor pariwisata dan impor.
Moon mengatakan pada pelantikannya hari Rabu bahwa ia siap memimpin upaya diplomatik internasional penting dalam mencari resolusi damai bagi situasi keamanan yang tegang.
"Jika diperlukan, saya akan langsung terbang ke Washington. Saya akan ke Beijing dan Tokyo, dan jika kondisinya dipenuhi, saya akan ke Pyongyang. Untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea, saya akan melakukan semua yang mungkin,” ujarnya.
Moon ingin meningkatkan dialog dan keterlibatan dengan Korea Utara sambil mempertahankan tekanan dan sanksi-sanksi untuk mendorong perubahan. Sikapnya bertentangan dengan sikap Presiden Amerika Donald Trump, yang ingin meningkatkan tekanan terhadap Pyongyang melalui pengucilan dan sanksi-sanksi lebih jauh. [uh/as]