Korea Utara menembakkan lebih dari 200 peluru artileri ke dua pulau di Korea Selatan pada Jumat (5/1), memicu perintah evakuasi bagi warganya, kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan para pejabat setempat.
Penembakan ini menyusul peringatan dari rezim Kim Jong Un di Pyongyang bahwa negara itu siap berperang melawan Korea Selatan dan sekutunya, AS.
“Militer Korea Utara melepaskan lebih dari 200 tembakan hari ini dari sekitar pukul 09.00 hingga 11.00 di daerah-daerah Jangsan-got di bagian utara Pulau Baengnyeong dan di daerah-daerah utara… Pulau Yeonpyeong,” kata Lee Sung-joon, juru bicara Kepala Staf Gabungan Militer Korea Selatan pada sebuah pengarahan pada Kamis (4/1).
Para pejabat Yeonpyeong mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa warga sipil telah diperintahkan untuk mengungsi, menggambarkan perintah tersebut sebagai “langkah pencegahan.”
Pulau Yeonpyong terletak di Laut Kuning. Lokasinya sekitar 80 kilometer sebelah barat Incheon dan 12 kilometer sebelah selatan garis pantai Provinsi Hwanghae, Korea Utara.
Pihak berwenang di Pulau Baengnyeong juga melaporkan tentang perintah evakuasi di sana.
“Kami mengeluarkan pengumuman evakuasi saat ini,” kata seorang pejabat distrik setempat di Pulau Baengnyeong kepada AFP. Ia menambahkan ia telah diberitahu bahwa militer Korea Selatan akan segera melakukan latihan angkatan laut.
Pyongyang menembakkan 170 peluru artileri ke arah Pulau Yeonpyeong pada November 2020, menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil dalam serangan pertama Korea Utara terhadap daerah sipil sejak Perang Korea 1950-1953.
Hubungan antara kedua Kora itu sedang berada pada titik terendah dalam beberapa dekade, setelah Kim mencantumkan status negara itu sebagai kekuatan nuklir ke dalam konstitusinya sewaktu melakukan beberapa uji coba beberapa rudal balistik antarbenua (ICBM) canggih.
Pada pertemuan penting akhir tahun yang membahas kebijakan Pyongyang, Kim memperingatkan mengenai serangan nuklir terhadap Korea Selatan dan menyerukan peningkatan arsenal militer negara itu sebelum konflik bersenjata yang ia peringatkan dapat “berlangsung sewaktu-waktu.”
Kim menuduh AS mengeluarkan “berbagai jenis ancaman militer” dan memerintahkan angkatan bersenjatanya agar mempertahankan “kemampuan merespons perang yang luar biasa,” menurut kantor berita resmi Korea Utara KCNA mengenai pertemuan yang berakhir pada Sabtu lalu.
Pertemuan itu menyimpulkan bahwa “perang dapat terjadi di Semenanjung Korea sewaktu-waktu karena langkah ceroboh para musuh yang menginvasi DPRK, kata KCNA. DPRK adalah singkatan nama resmi Korea Utara. [uh/ka]
Forum