Seorang penasihat senior Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (16/8), menuding negara-negara Barat dan aliansi NATO yang dipimpin Amerika Serikat terlibat dalam perencanaan serangan mendadak Ukraina di wilayah Kursk, Rusia. Namun, Washington dengan tegas membantah tudingan tersebut.
Serangan kilat, dimulai pada 6 Agustus ketika ribuan tentara Ukraina melintasi perbatasan barat Rusia, menimbulkan rasa malu besar bagi pasukan militer Putin. Serangan itu menjadi serangan terbesar dari kekuatan asing ke Rusia sejak Perang Dunia Kedua.
Ukraina mengatakan serangan itu diperlukan untuk memaksa Rusia untuk memulai perundingan damai secara "adil".
Namun, Amerika Serikat dan negara-negara Barat, yang berusaha menghindari konfrontasi militer langsung dengan Rusia, menyatakan bahwa Ukraina tidak memberitahu mereka sebelum melakukan serangan itu. Mereka juga memastikan Washington tidak terlibat. Meski begitu, persenjataan yang disediakan Inggris dan Amerika Serikat disebut digunakan juga saat Ukraina memasuki wilayah Rusia.
Tokoh berpengaruh Kremlin Nikolai Patrushev menepis pernyataan Barat dalam wawancara dengan surat kabar Izvestia.
"Operasi di wilayah Kursk juga direncanakan oleh NATO dan dinas khusus Barat," katanya, tanpa memberikan bukti.
"Tanpa partisipasi dan dukungan langsung mereka, Kyiv tidak akan berani memasuki wilayah Rusia,” ujarnya.
Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa upaya pertama Ukraina yang diakui ke wilayah kedaulatan Rusia membawa risiko eskalasi yang tinggi.
Putin memimpin rapat Dewan Keamanan Rusia, yang juga dihadiri oleh Patrushev, dan mengungkapkan bahwa diskusi akan berfokus pada 'solusi teknis baru' yang diterapkan dalam apa yang disebut Rusia sebagai operasi militer khusus.
“Upaya Washington menciptakan semua kondisi yang membuat Ukraina kehilangan kedaulatannya dan sebagian wilayahnya,” ujar Patrushev.
Ukraina pada Kamis mengatakan berhasil menempatkan seorang komandan militer di wilayah yang mereka kuasai, meskipun Rusia meningkatkan serangannya di wilayah timur Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa mereka berhasil menggagalkan serangkaian serangan Ukraina di sepanjang garis depan Kursk.
Gubernur Kursk, Alexei Smirnov, melaporkan bahwa Ukraina berhasil meluluhlantakkan jembatan jalan di atas Sungai Seym di Distrik Glushkovsky. Menurut kantor berita negara TASS yang mengutip pejabat keamanan Rusia, kerusakan itu dapat menghambat evakuasi sekitar 20.000 penduduk di distrik perbatasan tersebut yang tengah dilakukan.
Walaupun serangan Ukraina menunjukkan kelemahan dalam pertahanan Rusia dan mengubah pandangan publik tentang konflik, pejabat Rusia menyatakan bahwa 'invasi teroris' Ukraina tidak akan mengubah jalannya perang.
Selama hampir setahun, Rusia telah berhasil maju di sektor timur utama sepanjang 1.000 km dari garis depan dan memiliki keunggulan jumlah yang signifikan. Saat ini, Rusia menguasai sekitar 18 persen dari wilayah Ukraina.
Setelah lebih dari 10 hari pertempuran, Ukraina menguasai sedikitnya 450 km persegi wilayah, atau kurang dari 0,003 persen wilayah Rusia. Namun bagi Putin, serangan itu melewati batas merah lainnya. [ah/ft]
Forum