Lebih dari 500 perusahaan energi papan atas dan 30 ribu peserta akan bertemu di Kota Bengaluru India pada Senin (6/2) untuk membahas masa depan energi terbarukan dan energi fosil. Pekan Energi India menjadi perhelatan besar pertama oleh India yang memegang kepemimpinan G20 (Group of 20).
Pembicara yang akan hadir dalam acara itu, antara lain Perdana Menteri India Narendra Modi, Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman dan Direktor Eksekutif Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA). Mereka akan membahas perlunya mendorong transisi ke energi bersih.
Namun, kehadiran pemangku kepentingan dari sektor minyak dan gas dalam jumlah besar memicu pertanyaan dari analis iklim.
“Acara ini akan memamerkan India sebagai kekuatan global untuk transisi energi,” kata Hardeep Singh Puri, Menteri Perminyakan dan Gas Alam India, yang menyelenggarakan pekan energi itu.
Namun, Puri menambahkan bahwa “target energi bersih India harus mempertimbangan ekonomi India yang sedang tumbuh dan peningkatan kebutuhan energi.” India diperkirakan akan menjadi negara dengan penduduk terbanyak tahun ini.
India adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia, tapi sudah memasang target akan mencapai nol emisi pada 2070. Negara itu juga akan menggenjot kapasitas energi terbarukan.
Sebagian besar peserta dari India mewakili perusahaan energi milik negara atau perusahaan migas swasta. Hal itu memicu keprihatinan para pakar iklim.
“Perluasan penggunaan gas, setidaknya dalam konteks India, tidak masuk akal. Butuh ditelaah kembali,” kata Aarti Khosla dari Climate Trends, lembaga penelitian iklim di New Delhi.
“Meski pekan India membahas peran gas sebagai jembatan ketahanan energi, hal itu terbukti memiliki risiko…perbankan tidak lagi memberi pinjaman dalam jumlah besar untuk gas. Sentimen para investor juga perlahan beralih dari gas.”
Namun, pakar lainnya mengatakan perlu untuk menjaga diskusi dengan pemangku kepentingan dari sektor migas karena mereka masih pemain utama di sektor energi.
“Negara seperti India saat ini membutuhkan energi fosil untuk menjaga listrik tetap menyala,” kata Bharath Jairaj yang membawahi program energi di World Resources Institute India.
Pemangku kepentingan dari perusahaan energi bersih juga akan hadir dalam perhelatan itu. Sumant Sinha, CEO Renew Power, berpendapat pekan energi India adalah ajang untuk memahami pandangan dari berbagai pemangku kepentingan.
“Ada banyak perusahaan energi global yang berpotensi menjadi mitra, akan menghadiri acara itu,” kata Singha.
“Lagi pula, banyak perusahaan migas yang beralih ke energi terbarukan. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk terlibat. Mengetahui apa yang menjadi pemikiran energi ekosistem itu hal yang bagus.”
Pekan Energi India akan berlangsung pada 6 – 10 Februari bersamaan dengan pertemuan pertama kelompok kerja transisi energi G20. Pertemuan menteri energi Asia juga menjadi salah satu acara dalam pekan energi tersebut. [ft/ah]
Forum