Para pejabat NATO berkeras bahwa pertemuan di London untuk memperingati ulang tahun pakta pertahanan itu telah menghasilkan kemajuan, karena para pemimpinnya sepakat memperkuat komitmen untuk melawan agresi Rusia. Tapi pertemuan puncak itu kemungkinan akan lebih dikenang sebagai pertemuan yang menunjukkan keretakan hubungan antara mereka.
Kendati banyak senyum dan jabat tangan ketika dilangsungkan foto bersama para pemimpin NATO, timbul pertanyaan apakah keluarga besar pakta pertahanan itu semakin terpecah?
Pertemuan di London untuk memperingati ulang tahun NATO ke-70 itu kemungkinan akan lebih diingat orang ketika Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan beberapa pemimpin dunia lainnya tampak sedang mengolok-olok Presiden Trump.
Trudeau membantah bahwa ia melakukan hal itu, tapi insiden itu agaknya telah merusak suasana. Presiden Trump membatalkan konferensi pers yang telah direncanakan dan langsung pulang ke Amerika.
Presiden Perancis Emanuele Macron bertahan pada pernyataannya bahwa NATO “sudah mati otak.” Kata para analis, aliansi pertahanan itu tampaknya terpecah karena perbedaan kepribadian dan pandangan.
Kata pejabat NATO, ada kemajuan yang dicapai tentang pengeluaran untuk dana pertahanan, dan Turki berhasil diyakinkan supaya tidak menolak rencana mempertahankan negara-negara Eropa Timur. Turki sebelumnya menuntut NATO untuk menyebut para pejuang Kurdi di Suriah sebagai “teroris”, sebagai syarat untuk mendukung rencana NATO itu.
Sekretaris-Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, “Kekuatan NATO adalah, selalu bisa mengatasi berbagai perbedaan antara kita, dan bersatu untuk menjalankan tugas utama, yaitu melindungi dan mempertahankan negara anggota. Untuk pertama kalinya kita telah membahas bangkitnya China dan berbagai tantangan dan kesempatan yang muncul, serta dampaknya bagi keamanan kita.”
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ia mungkin akan melarang kegiatan raksasa telekomunikasi China Huawei, seperti yang dilakukan Amerika.
“Kita tidak bisa membahayakan kepentingan keamanan nasional, ataupun kemampuan kita untuk bekerja sama dengan mitra-mitra keamanan kita yang disebut Lima Mata. Itulah yang akan kita gunakan sebagai ukuran untuk mengambil keputusan tentang Huawei,” ujar Johnson.
Lima Mata yang dimaksud Jonson adalah kerjasama pertahanan antara Inggris, Amerika, Australia, Kanada dan Selandia Baru, dan pernyataan bersama ke-29 pemimpin NATO itu menegaskan kembali komitmen untuk pertahanan dan sepakat bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan Rusia adalah ancaman bagi keamanan kawasan Euro-Atlantic. (ii/em)