Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok berada di bawah tahanan rumah dalam apa yang tampaknya adalah kudeta militer, menurut laporan TV lokal.
Mengutip sumber keluarga, kantor berita Reuters melaporkan bahwa pasukan militer menyerbu kediaman perdana menteri Senin pagi. Empat menteri kabinet dan satu anggota sipil dari dewan berdaulat yang berkuasa juga ditangkap, Al-Hadath TV melaporkan.
Para pemimpin partai dan pejabat pemerintah lainnya telah ditahan sementara internet di ibu kota Sudan, Khartoum, terganggu, menurut wartawan dan aktivis di lapangan. Bandara internasional Sudan telah ditutup, menurut laporan itu.
Asosiasi Profesional Sudan, organisasi yang terdiri dari serikat pekerja yang berperan dalam mengorganisir protes, menyerukan kepada publik Senin agar turun ke jalan-jalan untuk melindungi pemerintah transisi.
“Ini merupakan pukulan besar bagi eksperimen demokrasi di Sudan,” kata Cameron Hudson, cendekiawan di Pusat Afrika Dewan Atlantik, pakar Sudan dan mantan direktur Afrika di Gedung Putih.
Upaya kudeta yang terang-terangan itu terjadi sehari setelah Utusan Khusus untuk Tanduk Afrika Jeffrey Feltman mengakhiri dua hari pertemuan di Sudan untuk menggarisbawahi dukungan Amerika bagi demokrasi Sudan.
Sementara itu, Kementerian Penerangan Sudan, Senin (25/10), mengatakan bahwa Perdana Menteri sementara Abdulla Hamdok berada yang berada dalam tahanan rumah dipaksa untuk merilis pesan yang mendukung kudeta militer.
Berita itu muncul sementara Amerika menyatakan kekhawatiran akan perkembangan terakhir di negara itu, yang dalam lebih dari dua tahun ini sedang menuju demokrasi setelah mantan otokrat Omar al-Bashir digulingkan dari kekuasaan.
Utusan Khusus Amerika untuk Tanduk Afrika Jeffrey Feltman mengatakan Washington "sangat khawatir" atas laporan tentang kudeta militer itu. Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mencuit bahwa dia mengikuti peristiwa di negara di Afrika timur laut itu dengan "keprihatinan penuh". [ka/ab]