Kepemimpinan yang lemah, penyalahgunaan sumberdaya dan kurangnya koordinasi antara dinas keamanan Afghanistan adalah alasan utama Kundus, kota strategis di utara itu jatuh sebentar ke tangan Taliban, menurut pemimpin tim penyelidikan hari Sabtu (21/11).
Tanpa bantuan udara Amerika, pasukan pemerintah tadinya tidak akan mampu merebut kembali Kunduz, kata Amrullah Saleh, pemimpin tim penyelidikan dan mantan pemimpin badan intelijen.
Kelompok bersenjata Taliban sempat merebut Kunduz, ibukota provinsi Kunduz, tanggal 28 September dan menguasai kota itu selama tiga hari sebelum serangan balasan pemerintah diluncurkan. Pasukan Afghanistan memerlukan waktu dua minggu untuk mengembalikan kota itu ke tangan pemerintah.
Penyelidikan Saleh mengenai Kunduz adalah yang pertama mengeluarkan hasilnya kepada umum, dalam bentuk ringkasan 30 halaman. Para penyelidik diangkat oleh Presiden Ashraf Ghani dan menyerahkan laporan penuh 200 halaman sebulan lalu.
Laporan itu mengatakan bahwa banyak tentara, polisi dan badan intelijen meninggalkan pos mereka ketika Taliban maju ke kota itu. Desersi besar-besaran memungkinkan pemberontak memasuki kota itu hampir tanpa perlawanan.
Pemerintah menguasai bandara Kunduz dan barak militer di dekatnya, kemana banyak tentara yang melakukan desersi, serta para pejabat kota, melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
Kunduz adalah kota strategis di dataran bagian utara Afghanistan. Kota itu terletak di persimpangan nasional yang menghubungkan setiap perbatasan, termasuk Tajikistan ke utara. Daerah itu adalah penghasil gandum utama, serta penghubung bagi rute penyelundupan narkoba, senjata dan alcohol, kata para pejabat. [gp]