Presiden China, Xi Jinping mendapat jamuan makan malam mewah di dekat Nice dan sambutan resmi oleh mitranya dari Perancis di Arc de Triomphe di Paris serta mendapat terjemahan Konfusius Perancis abad ke-17.
Namun kunjungan tiga hari Xi ke Perancis, yang dimulai hari Minggu (24/3), menjanjikan tantangan yang jauh lebih besar daripada dua tempat persinggahan sebelumnya. Pemimpin China itu melancarkan putaran pertama lawatan Eropa-nya yang ditandai masuknya Italia dalam proyek "Belt and Road" China, dan sambutan ramah di kerajaan kecil Riviera di Monaco, yang menyetujui perusahaan teknologi China, Huawei mengembangkan jaringan telekomunikasinya yang kontroversial, 5G.
Persinggahan ketiganya akan menguji baik Xi maupun Presiden Perancis Emmanuel Macron, yang telah menjadikan dirinya sebagai salah satu kekuatan penting di Eropa. Bagi Xi, kata para analis, tujuannya bukan hanya untuk memperluas ikatan ekonomi China, tetapi juga pengaruh politik di Eropa dalam menghadapi pesaing global utama lainnya. Bagi Macron dan sekutu-sekutunya, itu berarti membujuk blok yang retak untuk berunding sendiri jika menyangkut berbisnis dengan China.
"Merupakan kepentingan China bahwa Eropa tidak terpecah, bahwa kita tetap menjadi mitra utama," tulis surat kabar Le Journal du Dimanche, menyimpulkan apa yang digambarkan sebagai pandangan Macron mengenai hubungan China dengan Uni Eropa, mitra dagang terbesarnya.
Agenda hari Senin termasuk pendatanganan kesepakatan energi, makanan dan transportasi, diikuti oleh jamuan kenegaraan pada malam hari untuk Xi yang diselenggarakan oleh Macron di istana kepresidenan Elysee. Selain perdagangan, kedua pemimpin juga diharapkan membahas perubahan iklim, dimana Macron dilaporkan menginginkan kerja sama yang lebih besar dari China untuk melawan skeptisisme pemerintahan Trump. (my)