Sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan presiden tersingkir Hosni Mubarak tidak sadar dan dibantu alat pernafasan. Ini bertentangan dengan laporan-laporan sebelumnya dari kantor berita negara itu yang mengatakan para dokternya telah menyatakan ia meninggal secara klinis.
Pejabat-pejabat militer mengakui Rabu pagi bahwa Mubarak sebelumnya mengalami stroke tapi kini “menggunakan alat pernafasan buatan” dan “masih terlalu dini untuk mengatakan ia meninggal secara klinis”.
Pemimpin tersingkir itu memerintah Mesir selama 30 tahun sampai ia digulingkan bulan Februari oleh revolusi pada demonstrasi “Pergolakan Arab” yang melanda kawasan itu.
Mubarak yang berusia 84 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup awal bulan ini karena tidak menghentikan pembunuhan terhadap demonstran selama pergolakan itu. Ia sebelumnya dipindahkan dengan ambulans dari rumah sakit di penjara Torah ke rumah sakit Maadi di dekatnya di Kairo selatan.
Kebingungan mengenai kondisi kesehatan Mubarak terjadi selagi penentang lamanya yang Islamis dari Ikhwanul Muslimin mengklaim kemenangan atas kandidat yang berasal dari elit militer dalam pemilu presiden yang pertama kali yang dipersaingkan secara bebas.
Sementara itu di jalan-jalan, ribuan warga Mesir dari berbagai kalangan politik memenuhi pusat Kairo untuk memprotes pernyataan para jenderal Mesir yang berkuasa yang memperluas pengaruh mereka dalam bidang kekuasaan.
Ikhwanul Muslimin bertekad untuk menentang aksi militer baru-baru ini yang memberi hak pada pengadilan untuk menentukan sebagian besar kebijakan dalam dan luar negeri dan proses penyusunan konstitusi. Ikhwanul Muslimin menyerukan protes besar-besaran hari Selasa yang diikuti oleh Gerakan Pemuda 6 April dan sejumlah serikat buruh.
Pejabat-pejabat militer mengakui Rabu pagi bahwa Mubarak sebelumnya mengalami stroke tapi kini “menggunakan alat pernafasan buatan” dan “masih terlalu dini untuk mengatakan ia meninggal secara klinis”.
Pemimpin tersingkir itu memerintah Mesir selama 30 tahun sampai ia digulingkan bulan Februari oleh revolusi pada demonstrasi “Pergolakan Arab” yang melanda kawasan itu.
Mubarak yang berusia 84 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup awal bulan ini karena tidak menghentikan pembunuhan terhadap demonstran selama pergolakan itu. Ia sebelumnya dipindahkan dengan ambulans dari rumah sakit di penjara Torah ke rumah sakit Maadi di dekatnya di Kairo selatan.
Kebingungan mengenai kondisi kesehatan Mubarak terjadi selagi penentang lamanya yang Islamis dari Ikhwanul Muslimin mengklaim kemenangan atas kandidat yang berasal dari elit militer dalam pemilu presiden yang pertama kali yang dipersaingkan secara bebas.
Sementara itu di jalan-jalan, ribuan warga Mesir dari berbagai kalangan politik memenuhi pusat Kairo untuk memprotes pernyataan para jenderal Mesir yang berkuasa yang memperluas pengaruh mereka dalam bidang kekuasaan.
Ikhwanul Muslimin bertekad untuk menentang aksi militer baru-baru ini yang memberi hak pada pengadilan untuk menentukan sebagian besar kebijakan dalam dan luar negeri dan proses penyusunan konstitusi. Ikhwanul Muslimin menyerukan protes besar-besaran hari Selasa yang diikuti oleh Gerakan Pemuda 6 April dan sejumlah serikat buruh.