Pesantren Al Ittifaq dan Yayasan Odesa Indonesia membagikan 450-an paket sayuran pada akhir April kepada masyarakat yang membutuhkan di tengah wabah Covid-19.
Pengurus Pesantren Al-Ittifaq, Setia Irawan, mengatakan pihaknya menemukan masih ada warga yang tidak tercukupi gizinya selama pandemi.
“Berapa masyarakat miskin di pinggiran Kota Bandung? Apakah mereka sudah mendapatkan asupan gizi yang bagus dan sebagainya. Ternyata 'kan tidak,” jelasnya kepada VOA.
Al-Ittifaq menghasilkan 5,7 ton sayuran per tahun untuk supermarket modern, rumah makan, dan hotel. Sayuran diproduksi oleh 270 petani dampingan di Kabupaten Bandung dan 16 pesantren lain di Jabar yang masing-masing mendampingi puluhan petani.
Namun Irwan mengatakan, pemerintah lebih suka membeli makanan kemasan dari perusahaan besar, seperti mie instan dan makanan kaleng. Selain tidak bergizi optimal, pembelian tersebut menguntungkan perusahaan-perusahaan besar.
“Kemampuan Indomie itu sampai kapan sih? Generasi kita ke depan mau seperti apa? Terus saja diberi makan Indomie?" ujarnya seraya menegaskan bahan baku mie instan, gandum, tidak ditanam di Indonesia dan harus impor.
Di sisi lain, ujar Irwan, para petani kesulitan menjual produknya. Karena itu pemerintah perlu memberi perhatian lebih.
"Uang berputar bukan hanya di perusahaan perusahaan besar, bukan hanya di konglomerat. Tapi uang berputar di UKM, di petani, dan juga masyarakat kecil,” terangnya.
Ketua Yayasan Odesa, Faiz Mansyur, mengatakan langkah pemerintah merugikan petani dan masyarakat.
“Ini urusan gizi, prinsip. Karena ini bantuan-bantuan pemerintah kan banyak yang makanan kaleng dan pabrikan. Satu, itu tidak menolong petani. Kedua, nggak bener ngajarin rakyat untuk mengakses sumber pangan tidak bergizi,” terangnya kepada VOA.
Apalagi, ujar Faiz, masyarakat perlu ketahanan tubuh yang baik. "Apalagi sekarang kan (wabah) corona, antibodinya harus kuat, harus multivitaminnya yang organik bukan yang pabrikan, itu kan yang lebih dibutuhkan,” tambahnya.
Dia mengkritik bantuan yang disalurkan pemerintah terutama oleh Pemkot Bandung dan Pemda Jawa Barat. Menurutnya, tidak semuanya bergizi.
Dalam bantuan sembako yang disalurkan Pemda Jabar, terdapat delapan jenis barang berupa beras, tepung, gula pasir, minyak, telur, vitamin, makanan kaleng, dan mie instan. Pemda Jabar mengklaim telah menyalurkan lebih dari 12 ribu paket per 27 April.
"Saya menyarankan kepada pejabat itu, apa yang kalian makan, itu harus sama dengan yang rakyat makan. Kalau gubernur sama wali kota itu makannya Supermi sama kecap, ya silakan rakyat dikasih kecap. Ini kok rakyat miskin dijadikan objek dikasih makanan yang tidak berkualitas?” ujarnya geram.
Faiz mengatakan, bantuan diberikan kepada masyarakat yang belum tersentuh bantuan pemerintah. "Ini yang kita dengar kan baru dua pintu, dari gubernur, sedikit, terus dari dana desa yang sudah jalan. yang dari presiden, korban PHK, belum ada sama sekali,” tutupnya.
Bersama sumber-sumber lain dan dana publik, Yayasan Odesa telah menyalurkan 1400-an paket bantuan kepada masyarakat. [rt/ab]