Kapal pukat yang sebelumnya digunakan untuk memperbudak pekerja migran yang tak terhitung jumlahnya untuk menangkap ikan selama bertahun-tahun Sabtu pagi (4/4/) digunakan untuk menyelamatkan lebih dari 300 pekerja migran.
Upaya evakuasi ini dilakukan dari Pulau Benjina di kepulauan Aru di wilayah timur Indonesia, yang sebelumnya diyakini banyak pekerja migran itu sebagai tempat di mana mereka akan mati.
Setelah melakukan perjalanan laut selama 17 jam, 300an pekerja migran yang sebagian besar berasal dari Myanmar, untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di alam bebas. Mereka turun dari kapal-kapal dan berjalan ke lokasi tempat penampungan sementara dimana mereka akhirnya merasa aman.
Para pekerja migran itu berjalan dalam barisan panjang setelah berada dalam kapal yang penuh sesak. Tetapi mereka tersenyum dan tertawa riang menyambut hidup baru yang akan mereka mulai. Ada saat dimana sekelompok pekerja migran yang baru dibebaskan itu menyanyi sambil bertepuk tangan, terutama karena perasaan ketakutan akan dipukuli atau dibunuh oleh para penculik mereka akhirnya lenyap.
“Saya sangat gembira, sudah lama saya ingin pulang” ujar Aung Aung, 26, sambil memperlihatkan bekas luka dari bibir hingga ke belakang leher bagian kiri akibat bacokan parang yang dilakukan anak kapten kapal pukat.
“Saya sangat rindu rumah… dan setelah terkena sabetan golok ini, saya takut kalau-kalau saya memang harus mati di sini,” tambahnya.
Pria asal Myanmar itu adalah sebagian dari 320-an pekerja migran yang menurut penyelidikan kantor berita Associated Press telah dibujuk atau diiming-imingi meninggalkan negara mereka menuju Thailand, tetapi kemudian mereka dimasukkan ke kapal dan dibawa ke Indonesia.
Di Pulau Benjina, mereka dipaksa menangkap ikan dan mengirimkan hasil tangkapan itu ke Thailand untuk kemudian diekspor kepada para konsumen di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.
Delegasi pejabat Indonesia mengunjungi Pulau Benjina Jumat dan segera menawarkan evakuasi setelah melihat langsung kondisi kerja yang sangat buruk itu.
Pejabat-pejabat Kementerian Perikanan Indonesia menawarkan kesempatan kepada para pekerja migran itu untuk pulang ke negara mereka, karena khawatir akan keselamatan mereka jika tetap tinggal di pulau itu setelah bicara terbuka tentang penganiayaan yang mereka alami.
Sekitar 320 orang menyambut tawaran itu. Mereka bersiap-siap di tengah hujan lebat sekali pun. Mereka bergegas kembali ke kapal-kapal pencari ikan mereka dan memasukkan barang yang dinilai berharga ke dalam kantung-kantung plastik atau tas kecil dan bergegas kembali ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan. Sebuah kapal kecil berkeliling dari satu jermal ke jermal lainnya menjemput mereka yang ingin dievakuasi.
Sepanjang Jumat, orang yang ingin dievakuasi terus berdatangan, mereka tidak bisa menutupi kegembiraan akhirnya bisa bebas. Tujuh perahu besar siap membawa mereka dari Benjina menuju ke Pulau Tual, yang memakan waktu sekitar 24 jam perjalanan dengan kapal. Beberapa diantara mereka berada dalam kondisi sangat kurus dan sakit parah sehingga harus dipapah atau ditidurkan di papan supaya bisa diangkut ke kapal.
Thailand – eksportir makanan laut ketiga terbesar di dunia – telah ditekan untuk menyelidiki masalah ini setelah Associated Press melaporkan hal itu dan mengaitkannya dengan jalur pasokan makanan laut ke pasar swalayan dan pengecer terbesar di AS. Diantaranya terdapat merek-merek makanan hewan peliharaan yang sangat terkenal di Amerika.
Departemen Luar Negeri Amerika, Jumat, kembali menekan Myanmar untuk segera merepatriasi mereka yang dijadikan budak itu. Para pengecer Amerika juga menyerukan pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan tegas.
Pekan lalu Organisasi Migrasi Internasional IOM mengatakan sedikitnya ada 4.000 warga asing – yang sebagian besar diperdagangkan atau diperbudak – dan terdampar di pulau-pulau sekitar Benjina, setelah diberlakukannya moratorium oleh pemerintah Indonesia untuk memberantas penangkapan ikan ilegal.
Indonesia memiliki kawasan penangkapan ikan terkaya di dunia dan pemerintah memperkirakan tangkapan ikan bernilai milyaran dolar dicuri dari perairan itu setiap tahun oleh nelayan-nelayan asing.