Empat orang tewas dan 11 orang luka-luka ketika sebuah bom meledak di dekat kantor gubernur di Aden, kota di Yaman yang baru-baru ini direbut kembali dari militan Houthi oleh pasukan sekutu pemerintah.
Gubernur Aden menurut laporan berada dalam gedung tetapi tidak cedera oleh ledakan, ketika kekerasan terus berlanjut, bahkan di kota yang dinyatakan bebas dari militan awal bulan ini, ketika para pejabat pemerintah dalam pengasingan kembali ke Yaman.
Ketika pasukan Arab Saudi yang bersekutu dengan pemerintah yang baru kembali itu mendorong ke utara menuju ibukota Yaman, para analis mengatakan ada bahaya besar bahwa Yaman tidak akan punya pemerintahan di kota-kota yang tadinya dikuasai kelompok Houthi.
Melalui telepon dari ibukota, Sana'a, wartawan Yaman Nasser Arrabyee mengatakan, al-Qaida dan militan yang bersekutu dengan kelompok Negara Islam berusaha menguasai wilayah yang sebelumnya diduduki oleh militan Houthi.
"Mereka berusaha mendirikan pemerintahan emirat ditempat-tempat yang mereka kuasai,” kata Nasser.
PBB mengatakan krisis kemanusiaan di Yaman telah menjadi sangat parah sehingga jutaan orang berisiko mengalami kelaparan; tetapi, sebagian analis mengatakan ada harapan bahwa perundingan perdamaian akan dimulai lagi setelah pasukan koalisi merebut kembali kota-kota di bagian selatan. Yan St. Pierre Berlin pakar keamanan Mosecon yang berpusat di Berlin, mengatakan:
"Sekarang mereka tampaknya sedang membalikkan keadaan. Persoalannya berapa besar mereka akan mampu meningkatkan tekanan pada benteng-benteng Houthi di utara, dan bagaimana mereka akan dapat memanfaatkan hal itu untuk memperkuat posisi dalam perundingan perdamaian.”
Benteng-benteng yang disebutnya itu, termasuk Sana'a, sebuah kota kuno yang dikelilingi oleh pegunungan dan instalasi militer.
Kesulitan untuk merebut kota penting ini , dan daerah-daerah Houthi lainnya, ditambah dengan kekalahan Houthi baru-baru ini, menurutnya bisa membawa kedua pihak kembali ke meja perundingan.