Pejabat Turki mengatakan ledakan hari Minggu (13/3) itu terjadi di lapangan Kizilay, pusat perbelanjaan dan transportasi penting dekat kedutaan-kedutaan asing di kota Ankara.
Menteri Kesehatan Turki Mehmet Muezzinoglu mengatakan 125 orang dirawat di beberapa rumah sakit di Ankara. Sembilan belas di antaranya berada dalam kondisi kritis.
“Tiga puluh orang tewas di lokasi dan empat lainnya di rumah sakit”, ujar Muezzinoglu.
Menteri Dalam Negeri Turki Efkan Ala mengatakan pihak berwenang berharap bisa menyelesaikan penyelidikan itu hari Senin.
Jaringan berita NTV mengatakan mobil yang penuh dimuati bahan peledak meledak dekat sebuah bis. Beberapa mobil terbakar dan gambar-gambar televisi menunjukkan beberapa kendaraan hangus.
Dogan Asik yang menumpang bis ketika ledakan itu terjadi mengatakan “kami terlontar ke belakang di dalam bis karena kuatnya ledakan itu”. Asik mengalami cedera di wajah dan lengannya.
Ledakan itu terjadi kurang dari satu bulan setelah sebuah serangan bom mobil di ibukota itu menewaskan sekurangnya 29 orang bulan lalu.
Serangan itu terjadi dua hari setelah Kedutaan Besar Amerika di Ankara mengeluarkan peringatan keamanan tentang potensi rencana serangan di pusat kota Ankara dan meminta warga negara Amerika menjauhi daerah itu.
Amerika segera mengutuk serangan itu dan menegaskan kembali “kemitraan kuat dengan Turki – selaku sekutu NATO – dalam melawan ancaman teroris”.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu melangsungkan rapat keamanan darurat setelah ledakan hari Minggu itu.
Turki mengatakan serangan itu dilancarkan oleh seorang laki-laki Suriah yang terkait kelompok militan Kurdi.
Turki menghadapi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang yang sudah 30 tahun berperang gerilya untuk memperoleh otonomi yang lebih besar di Turki tenggara.
Turki juga menjadi sasaran ISIS yang dituduh melakukan serangan bom bunuh diri bulan Oktober lalu pada demonstrasi damai di Ankara yang menewaskan 100 orang lebih, serangan teroris yang paling berdarah sejak Turki menjadi negara modern tahun 1923. [my/em]